8. KITA MULAI

1.1K 155 114
                                    

8. KITA MULAI

* * *

Dira terbelalak. Pertama kalinya, Genoa membentak dirinya seperti itu. Dan ucapan cowok itu menjawab semua pertanyaan Dira.

"Kamu gak ingat apa pun tentang kita. Genoa, kemana memorimu? Apakah dia rusak? Atau dia tertinggal di jalan malam itu?"

Hati Dira merasakan perih yang begitu sakit.

"Kenapa dia tidak melekat lagi di kepalamu? Kenapa kamu tidak memberi izin dia masuk? Dan kenapa kamu melupakan kenangan itu?"

Dira tersenyum saja sebagai tanggapan ucapan Genoa. Ia kemudian memegang tangan cowok itu dengan erat lalu mengecup tangan cowok itu. Dira tidak ingin kehilangan Genoa. Ia tidak mau kalau cowok itu mudah sekali melupakannya.

Kini Genoa tersadar lalu menatap tangannya yang terus dikecup oleh Dira. Walau ia belum tahu siapa gadis di sebelahnya tapi Genoa merasa tidak asing dengan wajahnya. Ia menyadari kalau baru saja ia marah kepada gadis itu.

Genoa membetulkan duduknya. "Semua orang udah kenalin diri ke gue. Lo belum, memangnya lo siapa gue?"

"Nadeer," jawab Dira singkat. "Aku pacar kamu."

"Nad," seru Genoa tiba-tiba. "Nama panggilan lo Nad?"

Dira menggeleng. "Kamu memanggilku Dira. Genoa, kamu benar-benar gak ingat tentang hubungan kita?"

Genoa terdiam, kepalanya malah berdenyut memikirkan hal itu. Apa mungkin ia bisa kembali mengingat tentang hubungan dirinya dengan gadis di dekatnya?

"Nadeer. Dira. Gue merasa gak asing sama nama itu," ujar Genoa makin memperdalam tatapannya di mata Dira. "Lo beneran pacar gue?"

Dira mengangguk. "Ngapain aku bohong? Buat apa juga aku nangis pas dengar kalau kamu kecelakaan malam itu. Kamu yang buat aku mati berdiri dengar kabar kamu."

Tidak menyangka kalau seorang Genoa bisa dinanti oleh seorang perempuan sehebat itu. Awalnya ia kira gadis ini berbohong, namun dari penampilannya menandakan kalau ia sangat frustrasi. Tetapi masalahnya Genoa masih belum yakin.

"Gue gak yakin kalau gue bisa suka sama lo."

"Kenapa gak yakin? Bukannya kamu yang paling yakin pantas mencintaiku?" tanya Dira ingin berteriak kesal sekarang. "Lupa ingatanmu malah penuh candaan tapi menyakitkan, Gen."

"Gue yang gak yakin bisa dicintai sama lo." Genoa memegang dagu Dira, mencoba meneliti setiap inci wajah gadis itu. "Lo cantik. Banget. Tapi gimana bisa gue dapat pacar secantik lo."

Dira menikmati Genoa yang memegang pipinya sekarang. Perlakuan biasa Genoa tanpa sadar dilakukan oleh cowok itu sekarang. Ternyata lupa ingatan tidak menjadikan seseorang melupakan kebiasaannya.

"Memangnya kamu kira pacar kamu siapa?"

"Tadi," jawab Genoa. "Gue kira cewek yang baru aja keluar. Dia cantik, tapi gue lupa. Makanya gue mau bicara sama dia."

"Kamu cinta sama sahabatku?"

"Nggak." Genoa menjelaskan. "Gak taunya lo yang pacar gue."

"Aku pacar seorang Genoa. Perlu banyak bukti apa aja supaya kamu percaya kalau kamu punya pacar seorang Dira?"

Genoa tidak tahu. Ia tertarik memperhatikan wajah gadis yang baru saja keluar dari ruangan ini. Tapi nyatanya kekasih Genoa sebenarnya ada di dekatnya sekarang.

Genoa udah gila apa lo? Batin Genoa ingin menonjok dirinya sendiri bisa mendapatkan cinta dari seorang perempuan cantik seperti Dira. Pasti butuh perjuangan besar untuk mendapatkan cinta gadis ini.

"Kata-kata apa yang sering Genoa ucapin ke lo? Yang buat lo makin cinta sama gue?"

Dira tertegun. Sebenarnya apapun yang diucapkan Genoa, ia pasti akan makin jatuh cinta kepada cowok itu. Tidak perlu lebai atau berlebihan sekali pun, hanya perlu sederhana tapi tulus.

"Genoa mencintai Dira. Dira yang Genoa cinta setelah Tuhan dan orang tua kamu."

Tangan cowok itu menjauh dari Dira, sekarang malah memegang kepalanya dengan tekanan. "GILA! Gue bisa jadi orang sepuitis itu?"

"Iya, kamu memang seperti itu. Dari awal kenalan kamu memang menggunakan kata-kata yang buat aku makin jatuh cinta padamu."

"Gue belum terbiasa lagi sama lo."

Alis Dira tertaut, Genoa percis seperti biasanya. Ucapan cowok itu memang membingungkan dirinya tapi Dira mencoba mengerti. "Maksudnya gimana?"

"Buat gue mencintai lo, Dira. Buat gue terbiasa panggil aku-kamu. Buat gue menjadi Genoa yang lo tau."

Dira menahan napasnya. Kini dirinya yang berusaha mendapatkan cinta Genoa.

Kamu memang mengajakku bercanda, Gen? Dulu, kamu memang mudah merebut hatiku.

Tapi itu karena aku perempuan yang mudah tergoyahkan hatinya. Sementara kamu? Apa yang harus aku lakukan?

"Oke, kita akan mulai dari mana?" tanya Dira menantang.

Seolah tegar dan menjadi perempuan yang bisa menghadapi tantangan, padahal sebenarnya tidak.


* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@FIRLANAGRANDE

Siap banjir air mata???

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang