7. LO SIAPA?

1.1K 156 117
                                    

7. LO SIAPA?

* * *

Mendengar suara Genoa membuat Dira mengangkat kepalanya dengan bingung. Ia kira Genoa sedang berbicara kepadanya namun Lika yang berdiri di pintu menandakan kalau Genoa memang sedang bicara kepada gadis itu.

"Lika, mau kemana?" tanya Dira seolah menyadarkan Lika untuk merespons ucapannya.

"Gue mau cabut, Dir, nyokap kasian gak ada yang temenin. Dah, gue duluan."

Setelah pintu tertutup, baru Genoa menyandarkan punggungnya ke ranjang. Terlihat ia mengatur napasnya dan menatap ke depan. Sementara Dira ingin menangis dan tersenyum bahagia secara bersamaan.

Pasalnya, ia hampir kehilangan Genoa. Dira hampir kehilangan cintanya. Tidak dipungkiri ketakutan yang Genoa rasakan malah terjadi kepada dirinya.

Sekarang, Dira takut harus melakukan apa sebagai awal perkenalan mereka.
Dulu, Genoa yang menghampiri dirinya lebih dulu.

Tidak tahu siapa cowok itu tapi penampilannya cukup merebut perhatian Dira kepadanya. Di sana Genoa tersenyum ke arah Dira untuk pertama kalinya.

Di depan kelas menjadi tempat bersejarah bagi mereka berdua, sebab Dira yang ingin pergi ke kantin harus tertahan karena sapaan Genoa. Tak enak jika Dira malah bersikap tak acuh kepada cowok itu.

"Ada apa ya?" tanya Dira menatap matanya.

Genoa menampilkan senyum yang sangat tulus, senyum yang Dira suka sampai sekarang. "Mau kenalan sama kamu."

Saat itu, Dira yang kebingungan mengangguk dengan pelan. "Boleh namaku-"

"Nadeer," ujar Genoa cepat. "Aku udah tau namamu, Dira. Sekarang kamu yang belum tau namaku."

"Eh, iya. Nama kamu siapa?"

"Jadi kamu yang malah nanya namaku," tawa Genoa terdengar dan ia mengulurkan tangan ke depan Dira. "Genoa. Kamu perlu mengingat namaku."

"Buat apa?" tanya Dira polos toh dia memang masih bingung dengan maksud ucapan Genoa. "Hmm ... jujur aku canggung bicara pakai aku-kamu kayak gini karena kita baru kenal. Tapi aku menghormati kamu."

Genoa menaikkan sebelah alisnya, bukan kebingungan. Tapi sepertinya senyuman cowok itu akan tercipta ketika alisnya terangkat. "Aku memanggil dengan sebutan kamu agar terbiasa."

"Terbiasa? Maksudnya?" tanya Dira meminta penjelasan. "Maaf kalau aku merasa bingung."

"Terbiasa kalau kita bersama." Genoa memberikan sebuah minuman kaleng bersoda kepada Dira yang sangat dingin dan menggugah selera. "Buat kamu, jangan diminum satu kali teguk. Pelan-pelan."

Benar-benar cowok itu sangat aneh. Namun ketika Dira menanti ucapan selanjutnya.

Genoa malah mencium pipi Dira secara cepat dan membuat Dira termangu dengan perlakuan itu.

"Peri cantik. Aku mencintaimu, Dira. Terima kasih perkenalannya."

Genoa pergi dengan sejuta hal yang tidak bisa Dira lupakan.

Sejuta kenangan yang Dira akan simpan dalam memorinya.

Dira yakin kejadian itu tidak akan pernah mudah terhapus karena apa yang dilakukan Genoa saat itu menjadikan sebuah perasaan yang Dira ragu.

Perasaan cinta yang tercipta untuk Genoa.

"Gen, kamu mau makan?" tanya Dira sekali lagi. "Aku bisa minta tolong OB untuk belikan bubur."

Tatapan Genoa masih lurus saja. Tak ada niat sama sekali cowok itu untuk menoleh ke arah Dira. Wajahnya penuh kekesalan, itu yang membuat Dira kebingungan sekarang.

"Aku minta maaf ya, Gen, karena aku kamu jadi kayak gini." Dira bergetar, entahlah suaranya memang sangat terdengar cengeng sekali.

"Genoa. Maaf kalau Dira lancang, apa gak ada satupun memori yang kamu ingat tentang Dira? Ehm ... maksud aku tentang kita?"

"LO SIAPA SIH? KENAPA LO TERLALU BANYAK TANYA?!"

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@FIRLANAGRANDE

Siap banjir air mata???

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang