40. UDAH HILANG

754 116 1.6K
                                    

Genoa mencoba kembali fokus ke jalan karena sepertinya Dira lebih banyak bicara untuk meluapkan semua emosinya. Hingga tanpa terasa mereka sudah sampai di tempat yang dituju.

Genoa mengajak Dira ke pantai disaat sore hari seperti ini, cowok yang sudah menghentikan mesin motornya ini meminta Dira untuk turun.

Sementara Dira mengusap air matanya menunggu Genoa memarkirkan motornya. Dira jalan lebih dulu menyusuri dermaga yang langsung menghubungkannya dengan air laut.

Langkahnya terhenti sejenak, Dira menoleh ke belakang. Genoa kini menatap ke arahnya seolah tak ada hal yang menarik untuk ia perhatikan.

Cowok itu mensejajarkan jarak untuk berada di samping Dira.

"Pake jaket gue," ucapnya sembari melepaskan jaket dan menyodorkan ke Dira. "Dingin, takut alergi lo datang lagi."

Dira menerima jaket itu lalu mengenakannya tanpa banyak bicara. Hanya embusan angin pantai sore hari ini yang menerpa wajahnya. Ketika hampir sampai di ujung dermaga, Dira menghentikan langkahnya dan bertumpu pada pegangan dermaga itu sembari melihat pemandangan sore hari dari pantai.

Melihat Dira yang sibuk memandangi langit sore, Genoa berdiri di balik badan cewek itu. Ia meraih tangan Dira lalu mengarahkan tangan cewek itu untuk menutup kedua mata Dira.

"Jangan lihat pemandangan bagus di sana, Dir. Lihat siapa di balik lo. Lihat siapa yang perlu lo."

Dira yang ditutupi matanya pun membenarkan, ia memang tidak melihat pemandangan bagus tadi. Tapi suara Genoa memenuhi seluruh isi pikirannya. Sekarang ia dapat merasakan jika Genoa memeluknya dari belakang dengan tangisan yang membuat Dira juga ikut menangis.

Dira memaksa untuk menjauhkan tangan itu dari matanya, kini cewek itu berbalik badan dan memeluk Genoa seerat mungkin. Menumpahkan seluruh tangisan yang selalu ditahannya.

"Kamu jatuh cinta sama sahabat aku, Genoa! Kamu jatuh cinta sama Lika."

Genoa membalas pelukan Dira sama eratnya. Ia menghirup wangi rambut cewek itu. Walau tangisannya tidak sederas tadi, tapi ia masih merasakan perih akan kata-kata Dira.

"Aku tau tatapan kamu bukan buat aku lagi, Genoa. Makanya aku selalu takut kehilangan kamu." Dira lagi-lagi berkata di sela tangisan yang melebihi hal menyakitkan dari yang ia rasakan sekarang.

"Selama ini yang rasain takut kehilangan itu aku, Genoa. Aku. Bukan kamu, Gen. Tapi kamu dulu selalu bilang gitu sama aku, kenyataannya Tuhan gak membuat kamu merasakannya. Aku yang rasain ketakutan itu."

Genoa terdiam. Padahal ia yang mengajak Dira ke sini untuk membicarakan masalah mereka. Tapi Genoa juga yang tidak bisa mengucapkan kalimat yang berada di kepalanya, menyusunnya agar bisa Dira terima.

"Gue masih bisa rasain ketakutan yang lo maksud. Tapi ingatan gue gak bisa dibalikin, Dir."

"Karena kamu jahat udah mencintai seseorang selain aku, Gen."

"Dir, perasaan seseorang gak bisa dipaksa. Kalau gak cinta apa yang harus diperjuangkan lagi?" tanya Genoa yang berkata sembari melihat pemandangan matahari tenggelam di ujung sana.

"Tapi kenapa harus Lika, Gen? Kenapa harus sahabat aku? Di antara banyaknya perempuan kenapa kamu memilih Lika?"

"Perasaan gue yang memilih dia, Dir."

Dira melepaskan pelukan itu, ia berbalik lagi menghadap lautan. Menangis dengan menutupi seluruh wajahnya. Menutupi kelemahannya dari seseorang yang ia cintai.

"Kamu bilang ... kamu bisa mencintai aku dengan cara berbeda. Tapi buktinya apa? Kata-kata itu juga bahkan gak buat aku yakin kalau kamu masih Genoa yang aku kenal."

"Dir."

"Buat apa kamu masih di situ, Gen?" tanya Dira mencoba tak mengacuhkan keadaan cowok itu.

"Dir, ayo kita pulang!"

"Aku bisa pulang sendiri. Kamu udah punya orang lain, Gen. Kamu bukan Genoanya Dira lagi.

"Sementara aku? Genoanya aku udah hilang."

* * *

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang