Sekarang sudah gelap gulita. Hanya sekitar tenda saja yang diberi lampu oleh panitia. Sisanya tak terlihat apapun dari jarak jauh. Satu angkatan berkumpul membentuk lingkaran di tengah api unggun besar.
"Tadi siang kita sudah banyak menghabiskan kegiatan tentang penelitian. Capek atau nggak nih?"
"CAPEK!"
Begitulah jawaban dari semua murid di sana. Siapa yang tidak lelah karena harus berkeliling untuk melakukan penelitian lalu setelah itu membuat laporan yang benar.
"Sekarang kita mau seru-seruan bareng kalian. Sistem kali ini sama seperti perkemahan pramuka biasanya yaitu mencari jejak. Tapi disetiap pos di sini tidak ada yang jaga, hanya ada senter yang bisa kalian ambil untuk nambah penerangan.
"Maka dari itu kalian dari sini tidak dibekali pencahayaan apapun, boleh inisiatif sendiri bawa senter atau flash ponsel. Tapi penerangan disetiap pos hanya terbatas, siapa cepat dia dapat pasti dengan mudah bisa sampai kembali ke pos terakhir. Di pos terakhir ada hadiah untuk kalian.
"Begitupula yang tidak kebagian, ya artinya sampai pos terakhir kalian masih memakai alat penerangan kalian sendiri. Ada bonus juga namun berbeda. Oke, kami akan bagi kelompok secara acak."
Dira yang memilih untuk berdiri di dekat tenda tampak mengusap lengannya yang dingin. Alergi dinginnya ini menjadi masalah bagi Dira. Semua terasa menggigil padahal ia tahu suhu di sana tidak begitu dingin, buktinya walaupun semua orang juga memakai jaket tapi hanya dirinya yang kelimpungan.
Seolah Dira sedang berada di kutub utara, ia sulit menepis dingin yang menusuk kulitnya. Ia masih mendengar panitia membagi kelompok. Benar saja acak, teman sekelasnya bisa bercampur ke kelas lain bahkan ke jurusan IPS. Dira menerima saja siapapun itu orangnya asalkan bisa kompak satu tim.
"Dir."
Pemilik nama itu menoleh ketika mendengar suara seseorang di sebelahnya. "Gen, mau ngapain di sini?"
Ia menampilkan wajah khawatir, Genoa menunduk sebentar. "Kalau dingin jangan dipaksa buat ikut acara ini, Dir, lo bisa tunggu di tenda."
"Gen, aku udah di sini. Gak seru dong kalau cuma di tenda, kasian panitia juga mereka udah capek sementara aku malah duduk aja."
"Tapi lo sakit, Dira."
"Genoa. Kenapa kamu malah perhatian gini sih?" tanya Dira tertawa. "Kita kan bukan siapa-siapa lagi."
"Dir, masih aja gini? Gue kan udah bilang gue putus dari Lika, sekarang gue lebih milih lo."
"Iya, Genoa, aku tau." Dira tersenyum tipis. "Gimana punya pacar Lika? Seru ya? Buat kamu senang, kan?"
"Dir, gue gak bisa suka lagi sama cewek yang buat gue punya masalah."
"Aku juga masalah kamu, Gen."
"Gue yang masalah lo, Dir." Genoa mengatakan itu. "Gue selalu gak terima kalau lo ingat gue yang lo kenal."
"Tapi itu karena aku kangen kamu yang dulu, Gen. Kamu yang selalu ada buat aku. Kamu yang satu-satunya mencintai aku. Bukan kamu yang suka sama cewek lain."
Namun mendengar ucapan Dira, napas Genoa tiba-tiba saja sesak, pandangannya kabur. Cowok itu merasakan kepalanya berdenyut sangat kuat hingga ia jatuh lemas ke tanah.
"Genoa!" teriak Dira keras saat cowok itu memegang kepalanya. Semua orang memperhatikan mereka berdua, beberapa panitia yang lebih dulu sigap, dan menanyakan keadaan Genoa.
"Tolong, kepala Genoa sakit, panitia kasih izin ya supaya Genoa gak ikut acara kali ini, biar Genoa minum obatnya."
"Efek kecelakaan itu ya, Dir?" tanya Tasya yang bingung.
Dira mengangguk. "Iya, biarin Genoa minum obat dan tidur."
Sementara panitia lain terus menyebut nama anggota kelompok.
"Kelompok selanjutnya Gita, Aurel, Nadeer, dan Jiwa."
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...