23. TIDAK MENGENAL

734 122 108
                                    

Walau masih berada di perjalanan, Genoa tetap tidak merasa bahwa keadaan hujan sudah tidak memungkinkan untuk mereka jalan lagi karena terlalu deras.

Apalagi mereka tidak membawa jas hujan, lupa akan badan sendiri yang sudah basah kuyup. Entahlah, apa yang ada dipikiran Genoa sampai dia menggebu untuk tetap sampai rumah Dira.

"Gen," lirih Dira memanggil cowok itu. Ia makin menyandarkan kepalanya lebih dalam ke punggung Genoa sembari menahan dingin dan wajahnya yang terkena air hujan. "Kita bisa berhenti sebentar gak di halte?"

"Lo ngomong apa, Dir?" Genoa merasa mendengar suara Dira namun tidak begitu jelas karena suara hujan yang memenuhi pendengarannya. "Kerasin suara lo supaya gue bisa denger!"

Dira mencoba memejamkan matanya karena tubuhnya sudah lemas. Ia memang masih sadar mendengar apa yang Genoa katakan. Tapi tidak mendukung dengan kondisi keadaannya apalagi untuk berteriak pasti butuh tenaga yang ekstra.

"KITA BISA BERHENTI SEBENTAR GAK GEN?" teriakan Dira akhirnya bisa didengar oleh Genoa.

Alis Genoa tertaut. "Tapi Dir, kita belum sampai. Sepuluh menit lagi kita sampai di rumah lo. Gak apa-apa, kan?"

Namun tidak ada sahutan dari Dira membuat Genoa jadi melihat ke spion untuk memastikan keadaan gadis itu. Cukup sulit untuk melihatnya karena Dira yang memeluknya kuat menyulitkan Genoa untuk berbalik.

"Dira?" panggil Genoa sekali lagi tapi masih tidak ada sahutan dari gadis itu.

Genoa berdecak kesal, ia memutuskan untuk menepi seperti yang Dira minta di dekat sana ada sebuah toko tutup cukup untuk berteduh. Genoa mempercepat laju motornya dan berhasil sampai ke tempat itu.

Mesin motor dimatikan oleh Genoa, perlahan ia turun dari motor. Sedikit sulit ia berhasil lepas dari pelukan Dira. Lalu ia memegang kedua bahu Dira untuk membantunya turun dari motor dan menepi di depan toko.

Genoa terkejut melihat kondisi Dira. Mulai dari pakaiannya yang sudah lepek, ia malah terus memaksa Dira menerobos hujan. Genoa meraih tangan Dira, kulitnya berubah merah dan berkerut pertanda kedinginan.

Menjauhkan rambut yang menghalangi wajah Dira, Genoa dapat melihat wajah gadis itu yang memerah juga. Sementara bibirnya biru kedinginan, tapi seluruh kulitnya memerah entah karena apa.

"Dir, lo kenapa?" tanya Genoa panik. "Lo gak bilang keadaan lo. Dira lo kuat. Tahan sama dinginnya!"

Genoa duduk tepat di sampingnya sekarang. Ia memeluk Dira seerat mungkin, mencoba menghilangkan rasa dingin di antara mereka. Tangannya terus mengusap tangan Dira yang memerah lalu ke bagian wajah yang merah juga.

"Kenapa lo bisa kayak gini, Dir?"

Dira mengangkat kepalanya perlahan menatap Genoa. Memang dingin rasanya, tapi setidaknya ia bisa menepi untuk meneduh agar merah di kulitnya menghilang lalu gatalnya juga sedikit berkurang.

"Aku alergi dingin, Genoa. Aku gak terbiasa kena air hujan, selain gak kuat dingin kulitku juga merah kayak gini."

Tatapan sendu itu membuat Genoa tertegun. Merasa bersalah dengan yang dilakukannya. Ia tidak tahu kalau Dira memiliki alergi seperti itu. Genoa kira Dira baik-baik saja, apapun yang dilakukan gadis itu pasti benar tapi ternyata Genoa lah yang malah menjerumuskan Dira dalam masalah.

"Tapi gak apa-apa. Makasih ya, kamu udah mau kita neduh sebentar." Dira mencoba seperti biasa. Seolah tadi tidak ada hal yang menyiksa dirinya.

Helaan napas Genoa sangat berat. Sebab hatinya merasa terusik dengan keadaan kali ini, Dira mampu menghancurkan segala emosi yang terjadi. Genoa menarik Dira makin dalam ke pelukannya hingga ia pastikan kalau Dira tidak lagi merasa kedinginan.

"Gue minta maaf, Dir. Ternyata gue gak mengenal lo sepenuhnya."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang