81. TETAP JATUH

665 85 33
                                    

"Lika!"

Mendengar namanya disebut Lika langsung tersentak.

"Please, gue minta maaf banget kalau gue kasar kali ini. Tapi tolong banget lo fokus latihan karena besok drama musikal kita udah tampil."

"Maaf gue gak fokus." Lika menganggukan kepalanya patuh.

Sejak Jiwa pindah sekolah dan menitipkan satu pesan terakhir Dira yang harus dilakukan Lika, ia jadi terlalu banyak berpikir. Begitu pula dengan Lika yang belum bisa menghilangkan kesedihannya karena kepergian Dira.

Lika sering tidak fokus melakukan pekerjaan apapun.

Apalagi dirinya sekarang belum terbiasa lagi sehari-hari tanpa ada Dira di dekatnya. Walau ia saat itu menjauh dari Dira karena kedekatannya dengan Genoa tapi sejujurnya Lika tidak ingin menyakiti hati Dira. Ia hanya ingin merasakan seperti Dira yang mudah disukai orang lain.

Tetapi Lika dan Dira memang sangat berbeda. Tidak mungkin bisa Lika sama seperti Dira. Semuanya tidak akan pernah bisa Lika dapatkan dan sekarang? Bukan hanya cinta yang tidak ia dapat tapi juga sahabat yang tidak bisa lagi berada di dekatnya.

Lika menghela napas lalu kembali latihan dan mencoba fokus untuk tujuannya kali ini. Benar, besok drama musikal sudah siap tampil karena sekarang sedang gladi bersih.

Sebisa mungkin penampilan kali ini harus baik agar besok jauh lebih baik lagi.

Di lain tempat Genoa berjalan perlahan, walau dalam hati ia tidak siap untuk melihat makam Dira. Bertemu kekasihnya yang telah pergi. Tapi untuk kali ini harus. Tidak boleh Genoa berbalik lagi karena ia sangat rindu kepada Dira.

Beberapa langkah lagi Genoa sampai di depan makam Dira. Genoa tahu, ia sadar air matanya terus berjatuhan tanpa kenal ampun. Begitu menyakitkan menerima kenyataan Dira meninggalkannya.

Begitu sampai Genoa langsung meraih batu nisan dan memeluknya sangat erat.

Napasnya tercekat, terasa sesak karena mencoba menahan tangisan namun Genoa tidak bisa memungkiri kalau ia sangat terpukul dengan ini.

"Dir, aku di sini. Aku Genoa yang kamu kenal."

Tangan Genoa menyusuri makam Dira, ingin rasanya ia memeluk langsung tubuh itu untuk terakhir kalinya. Tapi sekarang tidak bisa karena Dira sudah di dalam sana. Genoa tidak bisa merasakan pelukan terakhir Dira.

"Dir, aku buat kamu menderita. Aku minta maaf, Dir. Aku gak menepati janjiku."

Sekali lagi diusapnya batu nisan itu, Genoa terdiam sesaat untuk berdoa. Ia meminta kepada Tuhan untuk menempatkan Dira di tempat terbaik di sisi-Nya. Sekali lagi ia menatap nama Dira di nisan itu, masih tidak percaya atas apa yang dilihatnya sekarang.

"Dir, aku selalu mencintaimu. Genoa yang kamu kenal atau gak kamu kenal, sama-sama mencintaimu."

Mengecup nisan itu, Genoa seolah kehabisan napas. Menyesakkan sekali rasanya.

"Tetap jatuh cinta kepadaku, Dir, karena aku juga tetap jatuh cinta kepadamu."

* * *

VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang