"Kamu kenapa senyum terus, Gen?"
Saat mamanya mengajukan pertanyaan itu kepadanya. Genoa sangat malu untuk mengakui tapi mamanya tahu ada keanehan yang tercipta pada putranya. "Kamu mikirin apa sih?"
"Ma, salah gak kalau Genoa mencintai perempuan lain selain Mama?"
Adya tertawa mendengar ucapan Genoa. "Memang siapa perempuan yang berhasil membuat kamu jatuh cinta?"
"Namanya Dira, tapi Genoa memang belum pacaran sama Dira."
"Cantik gak anaknya?"
"Mama meragukan pilihan Genoa?" tanya Genoa tidak percaya karena mamanya bertanya seperti itu.
"Kan Mama perlu tau kayak gimana sih perempuan yang berhasil membuat anak Mama ini membagi cintanya untuk dia."
"Genoa akan buktiin ke Mama. Kalau Genoa bisa berhasil mendapatkan cinta Dira dan memintanya untuk bertemu Mama. Supaya Mama gak meremehkan pilihan Genoa."
"Seperti apa Dira menurut kamu, Gen?"
"Seperti peri, Ma."
Adya lagi-lagi terkekeh. "Susah ya kalau lagi jatuh cinta itu. Omongannya sampai bawa-bawa peri segala."
"Genoa serius, Ma! Dira itu peri, Dira itu cantik, dan Dira berhasil membuat Genoa jatuh cinta sama dia."
Setelah perdebatan kecil dengan mamanya saat itu, Genoa ingin sekali membuktikan kepada mamanya kalau Dira tidak seperti yang mamanya bayangkan.
Tapi satu-satunya cara yang bisa membuat Genoa berhasil membuktikan kepada mamanya yaitu dengan cara Dira harus menjadi kekasihnya lebih dulu.
Berkali-kali Genoa meyakinkan dirinya sendiri, bahwa ia bisa membuat Dira jatuh cinta kepadanya. Genoa berjalan ke depan kelas Dira, berharap kalau cewek itu mau berbicara kepadanya. Di sana Genoa tersenyum ke arah Dira untuk pertama kalinya.
"Ada apa ya?" tanya Dira menatap matanya.
Genoa menampilkan senyum yang sangat tulus, walau sejujurnya ia sudah hampir mau pingsan karena kali pertama berbicara dengan gadis yang ia cinta. "Mau kenalan sama kamu."
Saat itu, Dira terlihat mengangguk dengan pelan. Genoa dapat merasakan cewek itu kebingungan. "Boleh namaku-"
"Nadeer," ujar Genoa cepat. "Aku udah tau namamu, Dira. Sekarang kamu yang belum tau namaku."
"Eh, iya. Nama kamu siapa?"
"Jadi kamu yang malah nanya namaku," tawa Genoa terdengar dan ia mengulurkan tangan ke depan Dira. "Genoa. Kamu perlu mengingat namaku."
"Buat apa?" tanya Dira polos toh dia memang masih bingung dengan maksud ucapan Genoa. "Hmm ... jujur aku canggung bicara pakai aku-kamu kayak gini karena kita baru kenal. Tapi aku menghormati kamu."
Genoa menaikkan sebelah alisnya, bukan kebingungan. Ia tidak menyangka pertemuan pertama ini bisa membuat dirinya tak percaya jika Dira bahkan sangat menghormati perjuangannya, Genoa tidak bisa menyembunyikan senyumannya.
"Aku memanggil dengan sebutan kamu agar terbiasa."
"Terbiasa? Maksudnya?" tanya Dira meminta penjelasan. "Maaf kalau aku merasa bingung."
"Terbiasa kalau kita bersama." Genoa memberikan sebuah minuman kaleng bersoda kepada Dira yang sangat dingin dan menggugah selera. Tidak ada yang ia pikirkan selain minuman ini, ia takut kalau Dira tidak menyukainya.
"Buat kamu, jangan diminum satu kali teguk. Pelan-pelan."
Genoa akan memaki dirinya sendiri karena ia melakukan ini. Namun Dira yang terdiam tidak bisa membuat kesabaran Genoa tertahan. Genoa malah mencium pipi Dira secara cepat dan Genoa yakin membuat Dira terkejut dengan perlakuan itu.
"Peri cantik."
Kata-kata yang berhasil Genoa ucapkan di antara kegugupannya.
"Aku mencintaimu, Dira. Terima kasih perkenalannya."
Biasanya ketika Genoa sedang asik memperhatikan Dira, cewek itu tidak pernah menyadari keberadaannya.
Namun setelah hari itu, Genoa selalu melihat Dira yang kini menatapnya.
Genoa ingin mati saja rasanya namun ternyata Dira tersenyum ke arahnya.
Senyuman yang berhasil membuat jantung Genoa berdetak terlalu cepat.
* * *
VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...