18. ORANG YANG SAMA

823 137 114
                                    

"Dir gue kasih tau sama lo ya. Lo gak boleh suka sama cowok kayak dia, Jiwa itu berengseknya setengah mati."

"Lihat gue kan waktu itu, lo juga tau sendiri kalau gara-gara dia gue sampai nangis. Jangan sampai lo kemakan sama gombalan dia."

"Banyak banget korban karena Jiwa. Dasar cowok playboy memang gak betah sama satu cewek. Begonya gue mau aja sama dia, kayaknya gue bener-bener buta, Dir, mau aja pacaran sama Jiwa."

Sementara Dira mengerutkan dahinya ketika mendengar Lika berbicara seperti itu. Padahal gadis itu tahu kalau Dira sudah memiliki Genoa namun mengapa Lika malah mempermasalahkan hal yang hanya buang-buang waktu.

"Apa sih Lik, gue gak suka Jiwa. Kalau lo mau balik jadian sama dia juga terserah lo." Dira tersenyum tipis seraya mengedikkan bahunya. "Masalah gue sama Genoa aja belum selesai, Lik, gue gak mau cari masalah apalagi sama lo."

"Ih emang kenapa sama gue?"

"Ngeri," tawa Dira tercipta. "Soalnya lo suka ngamuk kayak gorila."

"DIRA MAH GITUUUUU! NYEBELIN!"

Namun, Dira menjulurkan lidahnya dan gadis itu langsung lari menuju kelas Genoa. Ia tidak mau telat untuk menghampiri kekasihnya, Dira takut sama seperti waktu itu Genoa merasakan sakit.

Tetapi ketika Dira lewat melihat ke dalam kelas Genoa lagi dan lagi tak ada. Helaan napas berat Dira lakukan. Genoa selalu pergi kemana pun yang sangat menyulitkan Dira akhir-akhir ini. Ia bahkan tidak habis pikir kalau Genoa malah kuat berpindah-pindah tempat padahal biasanya cowok itu kalau sudah sama Dira ia tidak ingin pergi kemana pun lagi.

"Lihat Genoa gak?" tanya Dira ke salah satu orang di dalam kelas. Namun hanya mendapatkan gelengan sebagai jawaban.

Bukannya makan bersama dengan Genoa, Dira malah harus mencari cowok itu sekarang. Dira harus mencari kemana lagi sementara sekolahnya sangat besar dan tidak mungkin kalau dirinya harus memeriksa satu per satu ruangan.

Tetapi benar saja, Dira mencari ke tempat yang familiar dikunjungi oleh para murid tetapi Genoa tidak ada sama sekali. Sampai Dira berhenti karena ingin mengatur napasnya dan mencoba mencari Genoa ke tempat lain.

"Genoa," lirih Dira yang ternyata merasakan rasanya berusaha untuk selalu ada bagi Genoa. Ia berusaha untuk Genoa dan segala hal yang diperlukan oleh cowok itu. "Aku harus kemana lagi cari kamu."

Namun ketika Dira bangkit dan ingin bergegas pergi tapi langkahnya berhenti ketika mendengar suara dari dalam ruang musik yang mustahil menurutnya Genoa ada di dalam ruangan itu.

Tak terasa gelap pun jatuh

Sejak dulu mengenal Genoa, cowok itu sama sekali tidak pernah berhubungan dengan musik. Mungkin bisa dihitung kalau Genoa mendengarkan musik karena jika ditanya mengapa dia tidak menyukai musik?

"Hidupku sudah berwarna, Dir. Bersamamu tanpa perlu musik pun hidupku tidak terasa hambar."

Lalu, mengapa Genoa hari ini memainkan alat musik? Apa karena hidup Genoa sekarang tidak berwarna bersama Dira?

Di ujung malam menuju pagi yang dingin

Dira mencoba masuk ke dalam ruangan dan termangu di pintu memperhatikan Genoa yang asik dengan alunan nada. Begitu Genoa tidak menyukai musik, Dira pun tidak pernah sama sekali ingin belajar musik karena benar kata Genoa dulu, hidupnya sudah berwarna hanya karena mereka bersama.

Hanya ada sedikit bintang malam ini

Mungkin karena kau sedang cantik-cantiknya...

"Gen," panggil Dira menyadarkan cowok itu untuk berhenti.

Genoa terkejut karena Dira ada di sana, namun detik selanjutnya ia tersenyum dengan cara yang sama.

"Lo cari gue ya? Sorry, gue lagi main gitar di sini. Saking asiknya sampe lupa waktu."

Dira melangkah kakinya mendekat ke Genoa. "Kamu sekarang suka main alat musik?"

"Kenapa?" Genoa berbalik tanya dengan bingung.

Dira memejamkan matanya sebentar. "Kamu gak suka musik, Gen. Jadi pendengar musik aja kamu gak mau."

"Pasti lo mikir yang aneh ya? Lo bandingin gue yang dulu sama sekarang? Lo mikir gue udah beda dan lo takut ditinggal?"

Dira membisu. Benar, apa yang diucapkan Genoa tadi seratus persen benar. Hanya menatap mata Genoa, tanpa sadar mata Dira berkaca-kaca.

Genoa meletakkan gitarnya, lalu berdiri tepat di hadapan Dira. Ia meraih pipi gadis itu untuk terus menatap ke arahnya. Walaupun ia tidak bisa menjadi Genoa yang Dira kenal tapi setidaknya ia ingin berusaha meyakinkan gadis itu.

"Dir, mungkin Genoa yang lo kenal gak pernah menunjukkan kalau dia suka musik. Tapi Genoa yang sekarang mau kasih tau yang gak pernah lo tau tentang Genoa."

"Jadi sebelum kenal aku, kamu udah suka musik?"

"Gue suka musik sejak sekolah dasar, Dir." Genoa mengakui semua yang ada diingatannya. "Gue udah bilang sama lo, terima apapun cara gue untuk mencintai lo, Dira."

"Maaf, Gen, aku cuma belum terbiasa."

"Mencoba terbiasa, Dir, walaupun cara mencintainya beda. Gue tetap Genoa. Yang ada di hadapan lo sekarang masih orang yang sama."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang