4. COWOK ITU TERSENYUM
* * *
Dira lari sangat kencang, melebihi apapun hingga menabrak orang di sekitarnya. Tidak ada yang bisa ia pikirkan selain mengkhawatirkan bagaimana keadaan Genoa sekarang. Keadaan kekasihnya?
Sudah dari awal Dira memiliki perasaan yang tidak menyenangkan, sekarang perasaan itu telah terjadi yaitu Genoa mengalami kecelakaan.
Air mata yang sejak mendengar berita itu masih saja mengalir sampai detik ini. Seolah tidak habis, bagi Dira tidak akan ada habisnya untuk Genoa.
Apapun itu, cintanya, air matanya, dan dirinya.
Hingga Dira menemukan di mana ruangan yang baru saja ia tahu. Di sana berdiri seorang sahabatnya yang baru saja Dira berhasil menghentikan tangisannya.
Namun, sekarang? Yang menangis adalah Dira sendiri.
Dira memeluk Lika begitu erat, menumpahkan seluruh tangisannya. Tadi orang tuanya dan orang tua Genoa menyusul di belakang. Tapi Dira tidak bisa menahan seluruh sesak di lerung hatinya.
"Gue gak tau kenapa bisa kayak gini, Lik?"
Lika pun menggelengkan kepalanya.
"Gue juga gak ngerti, Dir. Tiba-tiba hape lo bunyi beberapa kali dan gue asal angkat aja pas gue baru tau ada panggilan. Tapi yang gue lihat dia udah parah Dir."
Dira menumpahkan air matanya lagi, kini siapa yang sebenarnya merasakan ketakutan itu? Dirinya bukan? Iya, yang merasa takut itu adalah Dira.
Tapi mengapa Genoa yang selalu merasa bahwa cowok itu yang ketakutan?
"Beberapa jam yang lalu, gue berhasil buat lo berhenti nangis, Lik." Dira menjatuhkan lagi air matanya. "Sekarang gue tau, perasaan cewek itu memang sensitif ya Lik. Gue bahkan nangis sekarang."
Entah bagaimana keadaan dirinya sekarang, Dira tidak peduli. "GUE NANGIS LIKA!"
Lika kembali merangkul Dira. "Gak apa-apa, Dir, tandanya lo memang tulus sayang sama pacar lo. Lebih baik kita berdoa semoga pacar lo masih selamat. Tuhan masih menyelamatkan dia buat lo."
Dira mendekati pintu, entah apa yang dilakukan dokter sekarang untuk menyelamatkan Genoa. Satu-satunya harapan Dira adalah Genoa selamat dan mereka bisa bertemu kembali. Bisa saling menyapa lagi.
Tubuhnya lemas, rasanya tak kuat untuk berdiri lagi. Dira mencari kursi yang tak jauh dari ruangan. Ia duduk di sana menaikkan kakinya ke atas kursi, menelungkup wajahnya penuh, dan menahan tangisan yang sudah keluar sejak tadi.
Mungkin Dira bisa disebut sebagai anak kecil yang merengek meminta mainan. Ia memang seperti itu, tapi kini Dira merengek kepada Tuhan meminta Genoa selamat sekarang.
Lika yang melihat Dira seperti itu, juga merasakan tangisannya. Bunyi langkah kaki mendekat terdengar, Lika menoleh dan mendapati orang tua Dira dan Genoa.
Yang kelihatan paling menangis adalah wanita dengan rambut diikat satu, memeluk pria di sampingnya seolah tidak ada kekuatan yang sama seperti Dira rasakan.
Lika menyimpulkan bahwa beliau adalah orang tua Genoa. Lalu yang lain mendekati Dira di kursi panjang itu, kalau mereka Lika tahu, iya mereka orang tua Dira.
Belum ada keterangan yang memberi tahu keadaan Genoa sekarang, selama satu jam setengah memeriksa di dalam. Lika tahu kalau kecelakaan itu sangat hebat, terlihat bagaimana ia memperhatikan keadaan Genoa yang parah.
Darah yang bercucuran dari kepalanya membuat Lika ngilu sendiri melihatnya. Namun karena terkejut ia melupakan apapun yang terjadi di sana.
Lika menoleh ke arah Dira, masih sama seperti posisi awal. Kini Lika kembali mendekati mereka. Lika memberikan salam kepada kedua orang tua sahabatnya dan memberikan senyuman ramah, ada perasaan canggung.
"Biar saya aja, Om, Tante, yang temenin Dira."
Ketika mereka pergi, Lika mengusap bahu Dira. Sayangnya, ia tidak bisa seperti gadis itu—mencoba menciptakan ketenangan untuk orang lain. Selain diam, Lika bingung harus melakukan apa lagi.
Pintu ruangan berbunyi, seorang dokter muncul dari dalam ruangan. Semua orang di depan ruangan terpaku ke arahnya. Menantikan informasi keadaan Genoa, juga Dira yang kini mendongak menampilkan wajah yang memerah akibat tangisannya.
"Gimana keadaan anak saya, Dok?" tanya wanita paruh baya yang dikuncir satu.
"Belum ada hasil pasti, tapi benturan kuat mengenai kepala anak Ibu yang menyebabkan pendarahan cukup banyak."
Dokter menjelaskannya.
"Sekarang mari banyak berdoa agar pasien bisa cepat siuman. Paramedis sedang berusaha menyelamatkannya."
Dira menutup wajahnya mendengar itu. "Genoa, kenapa kamu bisa buat aku nangis kayak gini?"
Lika menunduk. Ia tidak menceritakan bagaimana ekspresi terakhir Genoa di dalam video call itu.
Cowok itu tersenyum sangat manis kepadanya.
* * *
Apa tidak emosi baca kalimat terakhir?
Belum separah itu gaes, nanti lebih parah lagi😌
Sekarang kita lihat wajah cantik Dira
Next chapter akan share cast dari Lika yaaa
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@FIRLANAGRANDESiap patah hati?
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...