"Gue boleh duduk di sini, Dir?"
Dira mendongak, Jiwa sedang berdiri di hadapannya. Ia bingung harus mengiyakan izin cowok itu atau tidak tapi Dira mengangguk pelan. Akhirnya Jiwa duduk di hadapannya sekarang, sementara suasana kantin yang selalu ramai seolah terdengar sepi ketika Jiwa menemaninya duduk.
"Kalau gue makan sambil ngobrol sama lo boleh, Dir?" tanya Jiwa lagi dan lagi membuat fokus Dira teralihkan kepada cowok itu.
Terlihat berpikir, Dira kembali menganggukkan kepalanya pelan. "Boleh."
"Kenapa?" Jiwa menatap dalam mata cewek itu. "Ada alasan yang sekarang membolehkan gue bicara sama lo?"
Dira mengaduk minya dengan pelan. Ia lupa alasan yang diberikan kepada Jiwa waktu itu. Tapi ternyata Jiwa mengingatnya dan menyebutkan satu persatu alasan Dira. Hingga yang terakhir membuat Dira tertegun.
"Karena pacar lo itu?"
Dira menggelengkan kepalanya. "Genoa bukan pacar gue lagi," jawabnya sangat cepat.
Hingga mungkin bukan sebuah kalimat saja melainkan satu tarikan napas cewek itu ucapkan. Tapi Jiwa mendengar dengan jelas, ia merasa sedikit berkurang beban yang harus ia lawan di hadapannya.
Jiwa tersenyum tipis, agar tak kentara senangnya. "Tapi kenapa lo masih gak percaya sama omongan gue?"
"Gini deh," ujar Dira memejamkan matanya sejenak. "Gue mau tanya sama lo. Menurut lo perasaan cinta datangnya dari mana?"
"Dari hati," jawab Jiwa tak serius. Cowok itu memang asal bicara saja. "Kenapa?"
"Bisa dari waktu, fisik, perasaan, pikiran. Dan gue masih gak ngerti apa yang lo lihat dari gue?" Dira meminta penjelas kepada Jiwa. Mencecar banyak pertanyaan yang sebenarnya mudah, hanya saja perlu kejujuran.
"Jiwa, lo baru kenal gue. Gue juga baru kenal lo. Apa lo bisa yakin sama perasaan lo sekarang? Atau lo cuma suka sama semua cewek-yang gue dengar tentang lo?"
"Masalah sama cowok playboy, Dir?"
"Masalah buat gue," tegas Dira sebagai jawabannya.
"Gue bukan playboy, Dir."
"Tapi lo buat sahabat gue nangis, Jiwa."
Jiwa menghela napasnya kasar. "Bisa gak sih, Dir, gak usah bawa sahabat lo? Itu udah jadi masa lalu gue sama dia. Udah, Dir. Gue memang terkenal playboy dan cari masalah," ujarnya tanpa sadar meloloskan banyak kata-kata yang tidak semua orang tahu tentang dirinya. "Tapi gue pindah ke sekolah ini buat coba perbaiki semuanya. Gak semua memang. Tapi seenggaknya masalah gue di sekolah lama udah selesai, Dir."
"Terus lo mau nyari masalah di sini?" tanya Dira tak habis pikir dengan jalan pikiran cowok itu.
"Asal lo tau, Dir, gue gak pernah cari masalah di sini. Karena sebenarnya masalah itu yang selalu datang ke gue."
"Masalah apa sih? Seberat apa masalah lo?"
Jiwa mengalihkan pandangannya. "Berat yang gak pernah lo pikir, Dir."
Dira menghela napasnya. Sudah lelah berurusan dengan seseorang yang memiliki masalah. Ia tidak ingin terlibat apapun di dalamnya, seharusnya tidak boleh apalagi Jiwa terus mengejarnya seperti sekarang.
Karena sekarang gue bukan lagi bidadari atau malaikat, dalam hati menyeruak begitu saja. Gue udah gak berguna buat siapapun.
Bangkit dari kursinya, Dira membalikkan badan untuk meninggalkan Jiwa. Namun saat cewek itu berbalik-tepat detik itu juga-Dira menabrak seseorang yang sedang membawa semangkuk mi dengan kuah yang panas, tumpah ke seragamnya, dan tentu saja panasnya mengenai kulitnya.
Jiwa jelas terkejut. "Dir, gue ambil tisu," ucapnya terburu-buru dan sedikit bingung harus menolong Dira dengan cara apa.
Tetapi ketika menoleh, Jiwa lebih membuka matanya lebar karena Dira sudah ditolong oleh seseorang menggunakan sweter yang menutupi seragamnya bagian depan yang berbahan tipis. Refleks Dira pun menutupi tubuhnya dan merasakan perih di kulit.
"Kak, maaf ya gak sengaja."
Dira bahkan tak mendengar jelas apapun ucapan dari pemilik semangkuk mi itu. Yang jelas kini bahunya dirangkul dan langkah itu mengajaknya untuk menjauh dari kantin.
"Perhatiin sekitar kalau mau jalan."
Dira mendongak ke samping, tepat di sana ada Genoa. Cowok itu yang menolongnya.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...