"Minum dulu obatnya!"
Dira mengambil kasar gelas di tangan Genoa. Cewek itu sangat marah karena beraninya Genoa menyiksa dirinya seperti ini. Sudah cukup menyakiti hatinya, mengapa cowok itu malah sengaja membuat Dira terus merasa tersiksa?
Langsung meneguk setengah gelas, Dira baru saja selesai minum obat. Kini seluruh tubuhnya kembali ditutup menggunakan selimut yang menurutnya masih saja kurang karena dingin.
"Pulang sana!" perintah Dira karena Genoa malah duduk di tepi kasur sambil menatapnya. "Gak ada untungnya juga kamu di sini."
"Ada. Untungnya gue bisa temenin lo."
Dira berdecak malas. "Kamu ngapain masih bohong sama mamaku kalau kita pacaran?" tanyanya sinis. "Kita udah putus, Gen."
"Kan diulang lagi, kita belum putus!" jelas Genoa tetap pada kata-katanya yang terus menyangkal ucapan cewek itu.
"Gen, kamu pulang sana! Nanti Lika marah gimana?" tanya Dira tidak tahu harus melakukan apalagi selain meminta Genoa untuk pergi. "Kata-kata aku jadi kayak kita lagi selingkuh."
Genoa mengerutkan dahinya. "Selingkuh gimana sih?"
"Ya, lihat aja sekarang! Kamu pacar Lika eh malah di sini sama aku yang bukan siapa-siapa kamu. Terus cuma berdua, apa yang kamu lakukan sekarang kalau bukan selingkuh?"
"Lo ngomong apa? Kita masih pacaran," ujar Genoa selalu mencoba menyangkal pemikiran Dira. "Gue bilang kalau di dermaga, gue gak putusin lo. Gue cuma mau bilang kalau gue menyukai Lika."
"Gen, kamu itu-"
Ucapan Dira terhenti ketika Genoa sekarang memegang kepalanya. Cowok itu terlihat kesakitan, ia terus menekannya agar sakit itu berhenti.
Dira langsung keluar dari selimut dan juga memegang kepala Genoa. Genoa masih saja menahan rasa sakit. Begitu juga Dira yang tak henti-hentinya khawatir akan keadaan cowok itu. Ia terus saja membantu mengusap kepala Genoa, padahal belum tentu berhasil.
"Kamu gak dikasih obat sama dokter?" tanya Dira kini berpindah mengusap ke punggung Genoa."Dikasih, tapi gak gue minum."
"GENOA! KAMU GIMANA SIH!" teriak Dira memarahi cowok itu. "Kalau kamu kenapa-kenapa, gimana? Gen, ini udah ke kepala lho. Udah ke otak kamu juga. Bahaya kalau penyakit gini, Genoa. Kamu tuh harusnya ngerti sama keadaan kamu sekarang. Gen, aku bilang mama kamu kalau kamu gak minum obatnya."
"Dir."
"Genoa!" bentak Dira mampu membuat cowok itu terdiam. "Gimana kamu bisa sembuh kalau obatnya aja gak kamu minum? Gen, ayolah jangan gini."
"Dir. Gak apa-apa."
Dira memegang pipi Genoa, ia menangis jadinya. "Gen, kalau kamu bohong ke mama kamu, terus siapa lagi yang bisa kasih tau kamu minum obat? Aku gak bisa lagi, Genoa. Kamu punya Lika sekarang. Lika juga harusnya ngerti sama keadaan kamu."
"Dira," panggil Genoa menghentikan ucapan cewek itu. Ia masih merasakan nyeri di kepalanya yang berdenyut. Tapi kini Genoa menatap Dira dari jarak sedekat ini hingga ia tidak menyadari jika Dira merasakan gugup.
Buru-buru Dira menjauhkan tangannya dari kepala Genoa agar tatapan mereka saling berpisah. Namun kini tangan Genoa yang menahannya untuk pergi. Ketika tangan kiri cowok itu berada di kepala sementara tangan kanannya menggenggam Dira.
Dira tertegun membalas tatapan Genoa. Ia harap bisa melupakan Genoa. Bisa membuang jauh-jauh perasaan cintanya. Tapi sayang, tidak bisa dan tidak semudah itu.
Ponsel Genoa di atas meja berbunyi, Dira mencoba berbicara. "Gen, hape kamu bunyi tuh. Ada telepon dari siapa? Coba kamu cek."
"Gak perlu," balas Genoa singkat sembari menahan Dira yang mau kabur. Tapi panggilan itu kembali terdengar lagi.
"Gen, itu ada telepon."
"Dir!"
Dira menghela napasnya. Tidak bisakah ia menghentikan ini semua? Mengapa disaat marah seperti ini, Dira malah makin jatuh cinta sama Genoa.
Akhirnya panggilan itu berhenti, Genoa bersyukur tidak ada lagi suara yang mengganggunya. Tapi layar ponselnya kembali menyala.
Lika Falegra: Gen, lo di mana? Gue udah selesai latihan.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...