Selama pelajaran, Dira tidak bisa menghentikan pandangannya ke arah Lika. Cewek itu tak bicara lagi kepadanya seolah kata-kata terakhir tadi hanya untuk menunjukkan bahwa Genoa menjemputnya.
Dira berdecak kesal. Ternyata apa yang ditakutkannya mulai terjadi. Padahal Dira terus mencoba dan membuat agar Genoa mengerti bahwa mereka bersama itu sudah baik-baik saja. Bukannya malah mencoba dekat dengan Lika.
Bel istirahat berbunyi, Lika sekarang sangat terlihat buru-buru. Dira langsung berpikir kalau cewek itu akan kembali mendekati Genoa. Tapi harusnya ia tidak perlu menuduh Lika seperti itu, hanya saja Dira takut untuk perasaannya kali ini.
Dira mengikuti langkah Lika yang ternyata seratus persen benar melangkahkan kakinya menuju ke kelas Genoa. Ia melihat keduanya berbicara, ia tidak habis pikir atas apa yang dilihatnya kali ini.
Genoa melihat Dira yang berdiri di depan kelasnya. Cewek itu tidak berani masuk ke dalam kelasnya karena di depan cowok itu sudah ada Lika yang menunggunya untuk ke kantin.
Apa Genoa tidak sadar yang dilakukan cowok itu sekarang membuat Dira ingin menangis? Cowok itu tidak menjelaskan apa-apa mengenai hal ini. Dira tidak mengerti Genoa sedang merencanakan apa.
"Kamu kenapa sih, Gen?" tanya Dira yang hanya didengar dirinya sendiri.
Ia bergeming di depan kelas Genoa. Sudah melihat di jarak sedekat ini, tapi Dira seolah tak ada tenaga untuk menarik tangan Genoa dengan meminta penjelasan atas semuanya.
Tanpa sadar air matanya turun, Dira tidak memungkiri ini jauh lebih sakit. Diamnya Genoa tentang hal ini, sangat sakit untuk diterima oleh Dira.
Mengapa mereka berdua harus seperti itu? Dira berharap kalau keduanya sedang bercanda atau memang mengerjai dirinya. Apapun itu asalkan jangan serius.
Tapi Dira, memilih untuk pergi dengan kesedihan yang menyerangnya. Jika memaksa melihat Lika yang terus ada di dekat Genoa, ia mungkin tidak akan bisa berdiri lebih lama lagi. Dira memutuskan untuk pergi ke kantin sendirian.
Bukan bermaksud untuk menerima keadaan, hanya saja Dira masih tidak mengerti dengan keadaannya sekarang. Ia melirik ke semua sudut kantin dan sekarang dirinya hanya seorang diri. Tidak ada Genoa bersamanya atau Lika yang menemaninya.
Setelah memesan makanan, Dira memutuskan untuk duduk di salah satu meja kantin yang kosong. Letaknya memang pojok dan tepat untuk dirinya yang ingin sendiri.
"Aku gak ngerti, Genoa, aku gak ngerti."
Dira bukannya menyantap makanannya malah menangis ketika Genoa dan Lika saling duduk bersama di satu meja. Sibuk dengan dunia mereka berdua. Seolah tidak pernah ada dirinya, seolah memang Dira tidak seharusnya mengharapkan itu.
"Situ aja lah duduknya kosong!"
Dira mendongak ketika sekumpulan anak cowok duduk satu meja dengannya. Buru-buru Dira menghapus air matanya, tidak ingin terlihat habis menangis.
"Eh, Dira," sahut salah satu dari mereka namanya Sandy. "Lo kok sendirian? Genoa mana?"
"Anjir itu Genoa bukan sih? Berduaan sama cewek?" ceplos Haris dengan cepat.
"Genoa sama lo gak pacaran lagi?" tanya Erza langsung mengerti keadaan mereka.
Dira tertawa canggung. "Ah, gak apa-apa. Gue lagi makan sendirian di sini kok."
"Aneh lah, Dir. Gak mungkin juga Genoa ke kantin ada lo, tapi di depannya ada cewek lain." Darian melirik ke arah meja di mana Genoa berada. "Dia juga di kelas diem kenapa coba?."
Pertanyaan kumpulan cowok yang terdiri dari delapan orang itu malah membuat dirinya menangis. Dira mengenal mereka, mereka masih satu angkatan dengan dirinya. Tidak tahu harus merespons apa, Dira hanya bisa tersenyum.
"Santai aja, Dir, sama kita-kita. Gak sendirian kan lo makannya sekarang? Udah jangan nangis, sayang air mata lo." Haris mencoba membuat Dira tenang dan tidak terfokus melihat ke arah Genoa. "Lo gak tau aja, Dir, banyak cowok yang nunggu lo putus sama Genoa."
"Termasuk lo, Ris?"
"Anjing, bukan gitu! Tai lah lo."
Dira tertawa mendengarnya. Benar, ia tidak makan sendirian di kantin. Delapan laki-laki yang memang terlihat sering berkumpul itu, mengajak Dira mengobrol dengan candaan-candaan yang tidak pernah Dira tahu sebelumnya. Sedikit melupakan Genoa.
Walau terlalu banyak juga fokusnya kembali pada cowok itu.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDESiap banjir air mata???
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...