24. YANG SEKARANG

702 116 128
                                    

Dira meneguk susu cokelat hangat yang baru saja dibuatkan oleh mamanya. Kini ia berada di kamarnya dengan selimut yang membungkus seluruh tubuhnya. Menyisakan kepalanya saja yang kini terlihat oleh Genoa.

Tadinya ia tidak ingin minum obat alerginya, Dira sudah menolak kalau merah di kulitnya akan menghilang sendiri namun mamanya terus memaksa.

"Gen, kasih tau Diranya bandel banget gak mau minum obat."

Genoa mengangguk dan tersenyum sopan sebagai respons. "Iya, Tante nanti Genoa kasih tau Dira."

Setelah itu mama meninggalkan mereka berdua di kamar. Genoa melangkah untuk duduk di tepi kasur setelah melihat Dira yang hanya membungkus tubuhnya saja. Keduanya saling melempar tatap namun Dira hanya bungkam karena tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Minum obatnya." Begitu kata Genoa, ia langsung mengambil air mineral ketika Dira sudah memegang obat. Ia menyodorkan gelas itu. "Jangan diminum lagi susunya kalau udah minum obat."

Dira hanya menuruti ucapan Genoa, tapi ia memang harus minum obat itu tanpa dibantah. Mama sudah memintanya, Dira tidak ingin menolak itu sebenarnya. Tapi ternyata Genoa menuruti apa yang diperintahkan mamanya.

Lagi dan lagi keduanya kembali terdiam. Dira makin menutupi seluruh badannya dengan selimut hanya menyisakan matanya yang masih menatap Genoa.

"Kenapa kamu lihatin aku terus, Gen?" tanya Dira. Memang Genoa sering memperhatikannya tapi kali ini tatapan cowok itu berbeda. "Aku jelek ya, Gen? Mukaku merah gini jadi jelek ya di mata kamu?"

Bukan itu. Genoa merasa gelisah di dalam hatinya. Ia betah berlama bersama Dira walaupun dirinya harus mengenal Dira. Harus berusaha untuk selalu ada untuknya. Terbiasa mencintainya tanpa proses berkenalan lebih dulu.

"Terus kenapa Genoa?" Dira bertanya sekali lagi. Perubahan yang ada di diri Genoa kadang membuat Dira takut.

"Lo tau gak, Dir, gue gak pernah merasa setakut tadi."

Genoa berkata akhirnya. Menjelaskan apa yang menjadi pertanyaan Dira. Ia juga merasakan ada yang aneh di dalam hatinya, ataukah itu perasaan cinta Genoa dulu. Dulu sebelum ia kehilangan ingatannya.

"Seumur hidup gue, gue baru ngerasain khawatir buat orang lain. Buat lo, pacar gue sendiri." Genoa membuat seluruh perhatian Dira tertuju padanya, ia tidak bisa menyangkal kalau perasaan bimbangnya tentang mereka menjadi pasti.

"Gue merasa sedang lihat dari sudut pandang gue yang lo kenal. Gue tiba-tiba merasa kalau gue selalu ada di samping lo. Tadi itu gue merasa ingat semuanya Dira."

Dira tertegun, ia tidak berharap banyak jika Genoa bisa kembali mengingat semuanya. Hanya saja itu membuat ia rindu. Di hadapannya memang Genoa tapi kebiasaan Genoa mungkin sedang istirahat di suatu tempat.

Mungkin Genoa sedang lelah, maka dari itu ia pergi meninggalkan. Lalu menghadirkan diri Genoa yang baru, takut jika Dira kehilangan setidaknya masih ada di orang yang sama. Dengan cinta dan caranya yang berbeda.

"Kamu mulai ingat, Gen?" tanya Dira hati-hati. "Aku gak maksa kamu buat ingat, Genoa."

Genoa menggeleng tegas. "Bukan karena paksaan lo. Itu semua murni pas perasaan gue gelisah. Gue banyak khawatir sama keadaan lo tadi. Tapi hilang lagi, Dir, mendadak muncul dan gak bisa gue prediksi."

"Terus aku harus buat kamu khawatir dulu supaya kembali ingat?"

"Jangan kayak gitu juga. Diri lo bahaya kalau itu caranya. Gue gak suka lihat lo kenapa-kenapa."

Dira menghela napasnya. "Aku harus gimana lagi?" lirihannya dengan mata berkaca.

Genoa bergerak mendekat ke arah Dira. Ia memiringkan wajahnya, menghapus jarak di antara mereka. Entah, Genoa merasa gelisah itu menyeruak di sekujur tubuhnya.

Perlahan, Genoa menurunkan selimut itu dan dengan mudah mengecup pipi Dira. Menekannya agak dalam sedikit gemetar. Ia tidak pernah merasakan kebahagiaan dan kesedihan secara bersamaan seperti ini.

Tapi di dekat Dira suka dan duka itu hadir. Di setiap napasnya, Genoa yakin akan ada Dira di sana.

"Sekarang di hadapanku Genoa yang aku kenal bukan?"

Genoa terkekeh ketika menjauhkan wajahnya. Walaupun bukan, tapi untuk kali ini ia menganggukkan kepalanya pelan. "Kok bisa simpulin gitu?"

"Genoa yang aku kenal suka cium pipiku."

Rasanya ingin menarik Dira ke dalam pelukan, tapi Genoa menahan dengan senyuman lebarnya.

"Genoa yang sekarang juga suka cium lo."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang