12. DI SINI
* * *
"DIRA AYO KITA PINDAH!"
"Iya, Lika. Iya sabar." Dira menjadi canggung sekarang, lalu menoleh ke arah Jiwa dan cewek itu kembali tersenyum untuk kesekian kalinya. Senyum permintaan maaf.
* * *Sekarang Dira harus bergegas pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Genoa. Tidak ada kata apa-apa lagi yang gadis itu katakan kepada Lika. Lika juga memaklumi kalau sekarang masalah besar sedang menimpa sahabatnya.
Sayangnya ia bukan malaikat atau bidadari seperti Dira, Lika bukanlah orang yang mudah menenangkan perasaan orang lain.
Putus dari Jiwa saja dia sudah pusing, apalagi mengurusi hidup orang lain. Bukan tipekal Lika sekali.
"Dira mana?"
Lika yang baru saja menoleh sukses terkejut dengan ucapan tiba-tiba itu. "Gak usah kepo sama sahabat gue."
"Gue cuma tanya."
"Kepo namanya."
Jiwa memutar bola matanya malas. "Masih galau lo?""Nggak. Buang-buang waktu buat galauin orang kayak lo," ujar Lika mendelik malas. "Udah sana balik. Ngapain lo masih berdiri di situ?"
"Lo juga ngapain masih di sini?" Bukannya menjawab Jiwa malah berbalik tanya.
Lika memang suka berdiam di dalam kelas sejak waktu itu. Sejak Jiwa memutuskan hubungan mereka. Maka dari itu Dira sering merasa empati kepada Lika karena gadis itu tidak pernah pulang tepat waktu. Pasti menunggu ruang kelas kosong lebih dulu soalnya ia tidak tahu harus menangis di mana selain di dalam kelas.
Tidak ada tempat lagi yang bisa Lika lakukan. Jiwa membuatnya hampir kehilangan separuh nyawa, seolah tak ada lagi yang bisa Lika lakukan.
"Mau gue jungkir balik, mau gue gelinding di sini, mau gue muter satu sekolah juga urusannya sama lo apa?" tanya Lika menahan air matanya untuk tidak terjatuh. "Lo bukan siapa-siapa gue lagi. Mana pacar lo sekarang?Bahagia kan dia sama lo?"
Lika terduduk lemas, ia tidak peduli lagi apapun tentang Jiwa. Toh cowok itu juga tidak peduli dengannya. Lika bahkan hampir pingsan saat Jiwa ketahuan berdua bersama gadis lain.
Tanpa sadar air mata Lika sudah turun begitu saja. Ia menelungkup dan menidurkan kepalanya di atas meja. Air matanya ternyata tak pernah habis hanya karena menangisi cowok itu.
Di lain tempat, Dira baru saja sampai di depan ruang rawat Genoa. Saking ingin cepat sampai Dira meminta supir ojek online untuk buru-buru membawa motornya. Berharap kalau ia bisa bertemu dengan Genoa kekhawatiran gadis itu bisa mereda.
Tapi tadi ia sempat membeli es krim terlebih dahulu karena cuaca di luar sangat panas. Sambil menghampiri Genoa, Dira akan memakan es krim itu.
Pintu terbuka dengan perlahan, Genoa yang berada di dalam sendirian menoleh ke arah pintu. Ia melihat Dira memakan es krim dengan lahapnya. Walau cewek itu tidak menyadari jika sejak tadi Genoa memperhatikan setiap langkahnya.
"Hai, Gen!" Dira menaruh tasnya di sofa dan mendekati Genoa sembari duduk di kursi tepi ranjang. "Tadi aku cepat-cepat buat sampai sini. Terus pas aku turun aku minta maaf sama abang ojek online karena tadi aku pukul bahunya buat cepat jalannya."
Genoa belum berbicara, ia memperhatikan Dira saja. Cewek itu sibuk melihat ke arah meja tampak ingin mencari makanan yang sudah disediakan dari rumah sakit sambil tetap memegang es krim di tangannya.
"Kamu belum makan ya, Gen? Gimana mau keluar dari rumah sakit kalau kamu gak jaga kesehatan," ujar Dira mengomentari. Ia menjauhkan sedikit es krim ketika menunduk, namun ternyata Genoa malah mengambil alih es krim itu, dan memegangnya.
Dira jadi duduk tegak ketika Genoa mengambil es krimnya. "Gak usah, Gen, biar aku yang bawa nanti meleleh kena selimut lagi," ucapnya mencoba mengambil alih es krim itu dari tangan Genoa.
Tetapi Genoa menjauhkan es krim itu lagi dari Dira. Dira bangkit untuk menggapai es krimnya, walaupun Genoa hanya menjawab ucapannya hanya sekadarnya saja. Tapi Dira tidak tahu maksud cowok itu.
"Genoa! Jangan bercanda terus deh."
Dira sudah memutar ke sisi ranjang yang lain. Tapi Genoa tidak memberikan es krimnya juga. "Genoa! Kamu tuh kebiasaan bercanda terus."
Terlihat senyum Dira yang menekuk karena lelah meraih es krim itu. Lalu ia kembali duduk di tempat semula dan mencari beberapa buah segar yang bisa dimakan Genoa.
Helaan napas terdengar. "Kamu makan buah aja ya, Gen, nanti aku coba cari menu makanan lain."
Tapi ternyata, Genoa tiba-tiba memberikan es krimnya kembali.
"Dir, gue ...."
Dira menerima es krim itu lagi, mengerutkan dahinya. "Ada apa, Gen?"
Genoa menggeleng cepat. Tidak jadi mengucapkan hal yang ada dipikiran dan hatinya.
... gue suka lihat lo di sini.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDESiap banjir air mata???
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...