"Dir," panggil Jiwa membuat Dira menoleh terkejut. Secara tak sengaja ia melihat Dira di mall dan karena cewek itu masuk ke dalam toko buku Jiwa mengikutinya. "Masih gak suka ya deket sama gue?"
"Sejak kapan gue bilang gak suka? Gue cuma gak mau lo dekat gue," seru Dira makin kikuk jika di dekat Jiwa. "Lo ngapain di sini?"
Dira yang mengelilingi rak buku mencoba mencari judul yang ia cari. Terkadang ia bosan di rumah-lebih tepatnya untuk sekarang ia bosan berada di rumah dan hanya berdiam diri. Untuk itu, setelah dari rumah sakit Dira mampir dulu ke toko buku untuk membeli buku bacaan yang bisa melupakan bosannya.
"Gue lagi jalan dan lihat lo di sini. Gue tau, Dir, lo gak suka sama keberadaan gue." Jiwa berkata jujur atas apa yang ia lihat. "Lo selalu menjauh kalau ada gue."
Dira terdiam, kenyataannya memang seperti itu. Dira merasa tidak nyaman di dekat Jiwa. Entah karena apa tapi pembawaan diri cowok itu yang menyeramkan atau masuk ke dalam kategori yang patut Dira hindari.
"Padahal sekarang lo udah putus dari pacar lo itu."
"Gue gak tau," jawab Dira singkat. "Gue masih gak bisa lakuin hal yang lo maksud."
"Karena gue udah buat sahabat lo nangis, terus lo masih ragu buat gue deketin? Dir, satu sekolah juga tau gimana hubungan lo sama Genoa. Sekarang mantan pacar lo itu jadian sama mantan pacar gue," balas Jiwa yang makin merasakan sesak di hatinya.
"Kalau lo nyalahin gue. Apa bedanya gue sama mantan lo? Apa bedanya gue sama sahabat lo?"
Kata-kata itu mampu membuat Dira tak bisa berkutik. Semuanya benar. Mereka memang mengalami hal yang sama. Jika Jiwa selingkuh, lalu apa bedanya dengan Genoa? Jika Lika diselingkuhi kenapa cewek itu malah menjadi pelakunya?
"Apa lagi yang perlu lo raguin tentang gue, Dir? Gue bisa perbaiki semuanya." Jiwa seolah berjanji dengan kata-katanya.
Dira menatap Jiwa. Memperhatikan dengan jelas wajah cowok itu. "Gue mau tau alasan lo berubah jadi baik kenapa? Apa ada hal yang buat lo begini?"
Jiwa berdiri tegak, saat Dira mengatakan itu kepadanya. "Kalau lo memang perlu tau gue akan ceritain tentang kesalahan yang udah gue lakukan."
"Kesalahan?" tanya Dira makin bingung. "Lo buat kesalahan apa?"
Helaan napas Jiwa berat, sangat berat sesuai dengan masalah yang menimpa dirinya. "Gue pernah buat nyawa orang hilang, Dir."
Dira membelalakan matanya, ia sedikit menjauh dari Jiwa. "Maksud lo? Buat orang lain meninggal?"
"Ya, gue gak sengaja nabrak orang Dir." Jiwa mengatakannya begitu berat. "Dia cewek dan keluarganya minta pertanggungjawaban gue. Semua biaya tanggungan keluarganya gue yang bayar sampai sekarang."
Dira tampak serius mendengar dan berpikir, "Lo kan belum kerja gimana bisa dapat uang?"
Jiwa tersenyum tanpa bahagia. "Gue juga gak ngerti sama pikiran gue, Dir. Gue diusir sama keluarga gue sendiri. Sekarang gue tinggal bareng sama temen-temen gue."
"Lo kerja bareng sama temen buat dapetin uang?" tanya Dira mencoba mengerti. "Tapi gue yakin biaya tanggungan itu kan gak mungkin murah. Bisa mahal apalagi anggota keluarga banyak."
"Bener, Dir, memang gak segampang itu." Jiwa menyetujui ucapan Dira yang mengerti keadaannya.
"Terus gimana caranya?"
"Temen gue preman, Dir. Mereka komplotan pemalak dan gue malak orang lain buat dapetin uang sebanyak itu."
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...