Ketika waktu pulang sekolah berakhir, Dira dan Genoa langsung bergegas pulang. Mereka menghabiskan hari ini hanya berdua dan membicarakan berbagai hal. Mulai dari yang serius sampai tidak serius, kadang Dira masih tidak percaya atas apa yang menimpa dirinya mengenai Genoa.
Mereka tadi sama-sama memboloskan diri, mungkin tidak akan apa-apa karena cuma sekali. Dira lagi-lagi dalam boncengan Genoa, merasa de javu kalau mengingat kembali saat kebersamaannya dengan Genoa dulu.
"Kamu belum bisa mengubah cara panggilan kita ya?"
Genoa fokus mengendarai motornya, namun ia masih mendengar jelas ucapan Dira. "Gue masih belum terbiasa."
Dira mengangguk pelan. "Kalau kamu udah terbiasa kasih tau aku ya."
Tak ada jawaban dari Genoa. Cowok itu hanya fokus menatap jalanan saja. Untuk kali ini ia telah menghabiskan waktu seharian bersama Dira. Genoa bingung harus mengembalikan ingatannya dengan cara apa, ia pun tidak tahu bisa seperti ini.
Bertemu dan berkenalan dengan Dira seperti hal mustahil baginya. Genoa dulu bukan tipe seperti yang Dira jelaskan, tapi memang ada yang beberapa mirip dengan dirinya. Hanya saja ia tidak bisa sepercaya diri itu untuk mendekati perempuan.
"Sahabat lo namanya siapa?" tanya Genoa ditengah pikirannya yang penuh.
"Lika maksud kamu?" Dira terkejut ketika Genoa menanyakan Lika. "Kamu udah nanya namanya Genoa."
"Oh, iya gue lupa." Genoa memberi alasan yang memang benar adanya atau dia hanya ingin basa-basi. "Dia tadi follow instagram gue," lanjutnya membuat kening Dira jelas mengerut. "Dia tau akun gue dari lo?"
Dira menggeleng cepat. "Lika gak nanya apa pun tentang kamu."
Mencoba mengerti, Genoa mengangguk. Berarti cewek itu yang berusaha mencari tahu sendiri. Atau akun instagramnya muncul di rekomendasi, ah, entahlah Genoa juga jarang upload foto ke instagram.
"Terakhir gue buka instagram satu bulan yang lalu, dan itu ada foto lo." Genoa menceritakan apa yang menjadi perhatiannya ketika mengecek sosial media. "Instagram gue bahkan penuh foto lo."
"Masa?" tanya Dira terkejut. Ia bahkan tidak tahu kalau Genoa memposting fotonya di akun sosial media kekasihnya itu. "Kamu gak pernah cerita, apalagi aku gak pernah buka instagram karena kata kamu di sana banyak godaannya. Terus aku tanya ke kamu godaan apa? Kamu malah gak jawab waktu itu."
Mengedikkan bahunya, Genoa juga tidak tahu. "Gue gak tau pasti jawabannya apa. Tapi gue rasa waktu itu ucapan gue benar. Godaan yang mungkin menurut gue itu foto cowok bisa artis atau mungkin cowok lain yang buat lo berpaling dari gue."
"Padahal aku gak mungkin suka sama cowok lain."
"Kan menghindari, gue juga bakal lakuin itu kalau sayang banget sama cewek." Genoa berkata seperti itu melupakan hal yang seharusnya ia lanjutkan tadi. "Lo cantik ya walaupun foto candid."
"Boleh aku liat foto-fotonya?" tanya Dira meminta izin. Ia sama sekali tidak tahu kalau Genoa memfotonya, atau bahkan memposting fotonya di sosial media.
"Nanti gue tunjukin ke lo."
"Kalau foto kamu ada?"
Genoa menggeleng dan tertawa mendengarnya. "Kalau gue suka selfie mungkin instagram gue bukan foto lo doang isinya."
"Oh. Maaf, Genoa, aku gak tau kalau kamu gak suka foto. Soalnya selain video call, aku gak pernah lihat kamu pegang yang berkaitan sama kamera."
"Lo doang memang objek foto paling bagus," ujar Genoa tersenyum sembari mengingat waktu itu ia membuka instagramnya. Awalnya ia tidak mengira kalau foto di sana semuanya adalah foto Dira. Tapi Genoa makin yakin kalau cinta Genoa memang untuk Dira.
Hanya untuk Dira.
@genoasadega cinta mati, sepertinya.
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...