58. MEREKA

637 94 51
                                    

"Genoa," panggil Lika lagi. "Udah gak sakit lagi, kan?"

Cowok itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Gue bingung kenapa lo bisa kenal sama mereka?"

"Siapa?" tanya Lika tidak mengerti.

"Kemarin orang-orang yang mukul gue." Genoa memberikan tatapan mengintimidasi, tak pernah disangka jika musuh temannya itu mengenali Lika. "Lo tau tentang mereka?"

"Jangan bahas itu, Gen," seru Lika, ia juga bingung harus menanggapi seperti apa. Dirinya kenal dengan Rafeal serta teman-temannya karena cowok itu adalah sahabat Jiwa. Dan sekarang Jiwa juga tidak bersamanya lagi untuk apa semuanya harus saling mengenal.

"Lik, jangan bahas gimana? Mereka udah buat gue mati dan masalah buat teman-teman gue."

Lika terbelalak mendengar itu. "Maksud lo Rafeal ... Gen, ada apa?"

"Dia malak orang lain, Lik, lo bisa kasih tau gue kenapa lo kenal mereka?" tanya Genoa sedikit emosi membahas topik pembicaraan kali ini.

"Karena ... Gen, gue gak mau bahas ini."

"Lik, lo gak mau jujur?"

"Gen, please." Lika menatap wajah cowok itu dengan ketakutan. Ia tidak mau ada perselisihan lagi di antara keduanya. Tapi Lika sadar bagaimana pun keadaannya sekarang, dulu Rafeal adalah temannya juga.

"Lo sebenarnya pacar siapa? Pihak mana, Lik?" tanya Genoa menyudutkan cewek itu. "Gue gak nyangka lo sembunyiin data mereka. Sementara gue udah mau mati hadapin mereka."

"Gen, tapi gue yakin mereka gak kayak gitu."

"Sejauh mana lo tau tentang mereka?" tanya Genoa jadi makin yakin kalau Lika tahu musuhnya.

"Genoa, mereka juga butuh uang." Lika masih saja membela. "Oke, mereka malak teman lo, tapi ada alasan juga mereka lakuin itu?"

"Alasan apa?"

"Punya masalah pribadi. Mungkin."

"Tapi mereka tetap salah dengan cara begitu."

"Gen," seru Lika agar cowok itu tetap mendengarnya. "Gue harap lo jangan berurusan sama mereka lagi. Gue gak mau lihat lo luka dan punya masalah."

"Sorry, gue gak bisa dengar apa saran lo."

Genoa pergi meninggalkan Lika. Cewek itu sendirian memperhatikan langkah Genoa yang makin menjauh.

"GENOA! LO KENAPA SIH?!"

"GENOA PLEASE DENGER GUE!"

Namun Genoa benar-benar pergi dan malas untuk berbicara dengan Lika karena cewek itu melindungi musuhnya, juga menjadi teman dekatnya. Sementara Lika terus saja menjaga sekali bagaimana privasi mereka.

Genoa sedang berjalan menuju ke ruang musik. Lebih baik menenangkan dirinya di sana. Cowok itu membuka pintu ruang musik dan mencari gitar akustik yang bisa dimainkan.

Duduk di sofa yang cukup empuk, Genoa memejamkan matanya lalu memetik senar gitar itu. Seolah sudah hapal bagaimana letaknya, Genoa bahkan tak memperhatikan bagaimana cowok itu menciptakan nada. Tapi lagu-lagu One Direction mengalun dari petikan gitarnya.

Awalnya Genoa tidak ingin membantu teman-temannya itu. Tapi ketika melihat keluarga mereka yang menangis, Genoa tidak bisa tinggal diam melihat itu.

"Iya, Den Genoa. Uang Ibu sudah habis, Den. Bantu kami. Kami sudah ketakutan."

Genoa tidak mengerti, dengan segala cara seseorang untuk mendapatkan uang bisa-bisanya mereka membuat keluarga orang lain tersiksa.

"Eh, ada Genoa."

Genoa membuka matanya mendengar suara itu. "Pak Hanu," sapanya balik. Pak Hanu itu penjaga sekolah yang selalu dekat dengan murid-murid di SMA May. Ia terkenal lucu dan gayanya seperti anak muda padahal umurnya sudah berkepala tiga.

"Gimana sama Dira, berhasil gak pacarnya ikut outdoor learning?" tanya Pak Hanu cengengesan.

"Berhasil, Pak. Makasih atas bantuannya ya Pak." Genoa memang meminta bantuan Pak Hanu untuk mencari tahu biodata Dira yang berkasnya berada di ruang tata usaha SMA May. Maka dari itu Genoa bisa membuat Dira terpaksa ikut acaranya.

"Sama-sama, Genoa."

* * *

ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang