"Dira coba tanya ke Genoa ya, Tante." Sebisa mungkin Dira menenangkan kekhawatiran orang tua Genoa. "Boleh kan Dira ketemu sama Genoa?"
Adya tersenyum. "Kamu itu ya masih aja minta izin. Ya boleh dong, kan, dari awal Tante lihat kamu. Kamu itu orangnya baik, makanya Tante setuju dengan hubungan kalian."
Dira tersenyum hambar, rasanya ia ingin berkata jujur saja bahwa dirinya dan Genoa sudah selesai. "Memangnya Lika gak pernah datang ke rumah ya, Tante?" tanyanya ikut berdiri dari sofa ketika Adya merapikan pakaiannya.
"Lika?" tanya Adya masih terasa asing dengan nama itu. "Oh, itu teman kamu yang waktu di rumah sakit ya?"
Dira mengangguk sebagai jawaban. "Genoa pernah ajak Lika ke rumah ya, Tan?"
"Lho, memangnya Genoa dekat ya sama teman kamu? Terakhir ketemu cuma waktu di rumah sakit aja kok. Ada kamu juga di sana kan?" Adya malah berbalik tanya. "Genoa gak pernah cerita apa-apa ke Tante soal Lika. Ada apa, Dira?"
"Eh, gak ada apa-apa sih, Tante. Cuma ya ...."
"MAMA! GENOA MAU MINUM OBAT. ADA JUS JERUK GAK?"
Mendengar teriakan itu, Adya menggelengkan kepalanya. "Anak itu padahal udah punya pacar masih aja manja sama mamanya."
Dira tertawa mendengarnya. "Genoa masih sama kayak dulu ya, Tante? Tapi sayangnya momen Dira sama Genoa gak ada."
"Tapi Tante bangga sama Dira. Walaupun Genoa gak ingat siapa kamu, kalian masih bisa saling ngerti dan bersama. Kalau itu terjadi sama Tante mungkin Tante udah gak bisa berbuat apapun itu."
"MAMA! GENOA MANGGIL NIH!"
"Iya, ada!" balas Adya cukup dengan volume keras. Ia menatap Dira. "Kamu samperin Genoa dulu ya, Tante mau buat jus jeruk."
Dira mengangguk. Kini cewek itu berjalan menuju kamar Genoa. Saat di depan pintu ia melihat cowok itu terbaring di atas kasur. Tanpa sadar Dira mengumpulkan banyak udara yang sebenarnya membuat dirinya sesak.
"Gen," panggil Dira masuk ke dalam kamar cowok itu.
Genoa membuka matanya dan terkejut ketika mengetahui siapa suara itu.
"Dira?" tanyanya memastikan, ia bangun untuk menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang.
"Aku denger kamu sakit," seru Dira memecahkan keheningan di antara keduanya. "Makanya aku ke sini buat jenguk kamu."
"Terima kasih, Dir." Genoa membalasnya dengan senyuman, ia menepuk tepi kasur. "Duduk di sini, Dir!"
"Kamu minum obat dari dokter, kan?" tanya Dira memastikan. "Gen, aku udah bilang ke Lika buat ingatin kamu kalau kamu lupa minum obat.""Buat apa, Dir?" Genoa berbalik tanya.
"Hah?" Dira tidak mengerti, ia kemudian mengulang ucapannya. "Supaya kamu gak lupa untuk minum obat."
"Ya, buat apa, Dir?" Genoa juga masih sama.
"Kenapa sih, Gen?"
"Buat apa lo kasih tau Lika? Kalau lo sendiri lebih dulu ingatin gue minum obat."
Dira mendadak gugup, ia tak menyadari akan hal itu. "Tapi kan aku gak bisa selalu ada di dekat kamu, Gen. Lika pasti ada sama kamu terus."
"Yakin sama gue terus?" tanya Genoa menjelaskan. "Sekarang lo lihat, Dir, yang ada di sini Lika atau lo?"
"Gen, jangan aneh-aneh. Kamu yang memutuskan untuk suka sama Lika." Dira merasakan keadaan mereka makin tak mengenakan. "Jangan sakitin dia, Gen."
"Dir, gue memang suka sama Lika. Cara dia senyum ke gue, gue suka." Genoa menyahut dengan kata-kata itu.
"Gen," pinta Dira untuk menghentikan ucapan itu.
"Tapi ternyata gak bisa, Dir. Perasaan ragu gue gak bisa hilang, tapi gue juga masih gak bisa terima kalau lo mengharapkan gue yang lo kenal," ucap Genoa. Ia makin menatap Dira, tanpa beralih. "Dir, ternyata gue cinta sama lo."
"Genoa!" tegas Dira tidak percaya dengan ucapan cowok itu. "Ubah rasa suka kamu jadi cinta buat Lika."
"Gak bisa! Karena cinta itu punya lo."
"Aku gak mau buat Lika sedih, Gen, kamu yang memulai. Harusnya, gak boleh diubah lagi. Biarin Lika rasain mendapatkan cinta yang ia terima tulus dari kamu."
Dira teringat Jiwa mengucapkan tentang Lika. Perbuatan Jiwa tidak boleh terjadi lagi. Genoa harus memberikan cintanya kepada Lika.
"Dir, gak bisa." Genoa kini menatap mata Dira dengan pandangan sedih.
"Aku ingat Lika, Gen!"
Genoa mengembuskan napasnya kasar. "Kalau dengan cara kecelakaan ingatan gue bisa balik lagi. Gue akan lakuin itu, Dir, berulang kali sampai ingatan gue balik. Sampai gue bisa yakinin lo, Genoa dulu kembali."
* * *
ABSEN YANG MASIH TERUS BACAA?
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...