70. TAK SADARKAN DIRI

674 94 47
                                    

Jiwa menahan Rafeal dan temannya yang lain untuk mendekat ke tenda. "Gue tanya lo mau ngapain ke sini?"

"Liburan." Rafeal membalas namun lagi dan lagi cowok itu ingin terus melangkah ke arah tenda sekolahnya.

"Gak ada liburan tangan kosong." Jiwa kembali menahan, ia memang memperhatikan seluruh temannya dari markas yang datang bersamaan ke Andong.

"Gue mau ke sana!" hardik Rafeal malah mendorong tubuh Jiwa. Hingga cowok itu tidak bisa bergerak ketika dua orang yang lain menahan kedua tangannya.

"LO MAU NGAPAIN BANGSAT?!" Kali ini Jiwa emosi. "RAFEAL LO MAU NGAPAIN?!"

Tapi kepalan kuat di tangan Jiwa sulit dilepaskan. Cowok itu dijaga oleh anak buah Rafeal agar Jiwa tidak ikut campur. Rafeal dan sisa temannya berjalan menuju tenda, penuh emosi.

Dengan langkah berlari lalu mudah menemukan siapa orang yang ia tuju saat ini. Dari arah belakang dan belum siap, baju Genoa ditarik serta cowok itu dilemparkan begitu saja.

Semua orang jelas terkejut melihat itu, ingin menolong tapi tidak ada yang bisa karena di sana telah dijaga oleh beberapa orang yang mengelilingi.

Para guru belum ada yang melihat, sementara diam-diam ada yang ingin melapor. Namun di sana nasib Genoa sedang tidak baik-baik saja. Kerah baju cowok itu ditarik oleh Rafeal lalu dibawa menjauh ke sebuah pohon besar.

Kembali dihempaskan dan ditarik satu hentakan lalu pukulan keras mengenai wajahnya.

Pukulan itu tepat mengenai saraf keseimbangannya, pandangan Genoa mulai kabur.

"DARI AWAL GUE GAK ADA URUSAN SAMA LO, BANGSAT!!"

BUGH! Kedua kalinya Rafeal memukul wajah Genoa.

"TAPI LO SOK JADI PAHLAWAN BUAT MEREKA!"

BUGH! Pukulan selanjutnya Genoa merasakan pelipisnya berdarah dan itu amat perih.

"GUE JUGA GAK MINTA LO LAPOR POLISI, ANJING!"

BUGH! Emosi Rafeal kalap, dia menarik kembali baju Genoa dan memojokkan cowok itu tepat di batang pohon. Genoa membuka dan menutup matanya saat kesadarannya berada di ambang batas.

"LO GAK BISA LARANG APAPUN URUSAN GUE!"

Satu tarikan ke depan, Rafeal kembali menonjok dengan sangat keras hingga Genoa terantuk pada pohon. Genoa tidak sadarkan diri. Rafeal menaik-turunkan bahunya seolah mengatur napas. Ia tak peduli bagaimana keadaan musuh di hadapannya ini yang sudah dibanjiri darah.

"Anda kami tahan!"

Perintah itu membuat Rafeal menoleh ke belakang dan tepat saat itu polisi mengarahkan pistol tepat ke arahnya. Rafeal berkeringat hebat, ia lalu mengangkat kedua tangannya.

Tanpa Rafeal tahu bahwa teman-temannya sudah ditangkap oleh polisi lebih dulu dibanding dirinya.

Kini cowok itu menatap semuanya dengan dingin, jika sudah begini ia tidak bisa berkutik apapun. Ia kira polisi itu tidak cepat sampai ke tempat ini ketika dirinya memutuskan untuk datang menghampiri Jiwa.

Mereka dibawa ke kantor polisi. Suasana makin sunyi, Dira yang sejak tadi terkejut langsung menghampiri Genoa yang keadaannya sudah tak berdaya. Dira menangis terus menerus, ia memeluk Genoa sangat erat.

"Gen, kamu kuat." Tangisan Dira makin tak tertahan. Ia terus membisikkan kata-kata itu ditelinga Genoa. "Kamu kuat, Genoa!"

Panitia memanggil ambulans untuk membawa Genoa ke rumah sakit. Sementara Lika dan Jiwa-yang sudah menghampiri-kini mendekati Dira.

Lika tidak percaya bahwa Rafeal sejahat itu hingga terjadi seperti ini. Lika menoleh ke arah Jiwa dengan pandangan sedih dan bertanya.

"Rafeal memang jahat." Jiwa berkata singkat.

* * *

VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!

SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗

LANJUT KAN?!

NEXT?

SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT

SEMOGA SUKAAA

TERIMA KASIH

FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE

Titik TerendahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang