Hari yang tidak pernah Genoa duga adalah hari yang lebih mendebarkan dari perkenalannya dengan Dira waktu itu. Hari ini Genoa mengumpulkan keberanian untuk mengatakan tentang perasaanya kepada Dira.
Sepulang sekolah sepertinya waktu yang sangat tepat untuk membicarakan ini dengan Dira.
Ketika Dira sedang berjalan seorang diri menuju ke arah halte, Genoa mengikuti setiap langkah kecil milik cewek itu. Yang Genoa tidak sangka, tiba-tiba saja Dira berbalik badan tepat ke arahnya.
"Kamu lagi?"
"Iya, Dira," jawab Genoa gugup.
"Kamu ikutin aku ya?" tanya Dira yang langsung mendapat anggukan pelan dari Genoa. "Mau ngapain?"
"Mau bicara sama kamu."
"Bicara apa?" Dira mencecar banyak pertanyaan yang tidak pernah Genoa duga. Makin membuat cowok itu terlihat gugup.
"Dir, aku mau bicara soal-"
Ucapan Genoa terhenti saat Dira malah terlihat panik dan berniat pergi meninggalkan dirinya. "Dir, aku belum selesai bicara."
Dengan gerakan cepat Genoa menarik lengan Dira untuk tetap berada di dekatnya. "Dira, aku belum selesai bicara!"
Wajah Dira terlihat panik saat langit menumpahkan seluruh air ke bumi. Hujan yang begitu deras membasahi seluruh tubuhnya. Dira ingin berbicara jujur kepada Genoa seharusnya cowok itu tidak menahan dirinya di tengah hujan tapi mulutnya tidak bisa berkata karena sudah terasa sekali dinginnya.
"Dir, kenapa kamu malah pergi?" Untuk kesekian kalinya, Genoa bertanya walau mungkin suaranya sudah teredam oleh derasnya hujan. Ia tetap tidak peduli pada keadaannya yang sudah sangat basah dan Dira yang terlihat menggigil kedinginan.
"Genoa." Akhirnya Dira mengeluarkan suaranya. "Kamu mau bicara apa?"
Bukannya menjawab, Genoa malah terdiam memperhatikan wajah Dira-tepatnya kulit cewek itu yang dirasa terlihat berbeda. "Dir, kulit kamu merah."
"Genoa, cepat kamu mau bicara apa?"
Genoa menarik tubuh Dira untuk mendekat ke arahnya dan tangannya meraih wajah cewek itu, benar kulit Dira kemerahan seperti alergi.
Genoa menatap mata Dira dengan jarak sedekat ini, bertanya-tanya dalam hati kenapa Dira seperti ini? Apa dirinya telah menyakiti cewek itu? Namun, tanpa Genoa duga Dira jatuh pingsan di pelukannya.
"DIR? DIRA?!"
Dengan cepat Genoa menggendong Dira menuju toko tutup terdekat agar mereka bisa berteduh karena pastinya di halte sangat ramai. Niat menyatakan cintanya tertunda, tapi tidak apa-apa asalkan Dira bisa selamat.
Sekarang Genoa mendudukkan Dira lalu menaruh kepala cewek itu dipundaknya dan Genoa mengusap bahu Dira serta menggenggam erat tangan itu.
"Dir, maafin aku. Aku buat kamu menderita."
Genoa mengusap kulit Dira yang kemerahan, ia berharap secepat mungkin Dira tersadar dari pingsannya agar Genoa bisa membantu cewek itu untuk berobat. Genoa menyesal tidak membawa mobil dan malah membawa motor yang ia tinggalkan di sekolah hanya untuk menyatakan perasaannya kepada Dira.
"Harusnya aku gak maksa kamu, Dir."
Dira tiba-tiba saja bergerak dan dirasakan oleh Genoa. Genoa lantas menggenggam tangan Dira lebih kuat.
"Dir, kamu sadar?"
"Gen," seru Dira mencoba mengumpulkan seluruh tenaganya. "Kita di mana?"
"Kita lagi meneduh di depan toko tutup ini, Dir." Tatapan khawatir Genoa sangat terlihat jelas. "Dir, aku menyakitimu?"
Dira menatap Genoa. Mereka saling menatap satu sama lain. Dira menggeleng cepat. "Aku memang alergi dingin berat."
Genoa meraih wajah Dira. "Maaf, aku gak tau. Maaf kalau aku memaksa kamu untuk mendengarkan aku bicara."
Ia gemetar saat keadaan Dira yang memburuk karena paksaan dirinya. Genoa tidak menyangka bahwa dirinya membuat Dira menderita.
Tetapi Genoa bingung melihat Dira yang malah tersenyum ke arahnya. "Itu bukan salah kamu, Gen. Seharusnya aku juga kasih tau kamu kalau aku gak bisa di dalam situasi yang dingin."
"Aku khawatir, Dira." Mendengar Genoa yang berbicara seperti itu. Dira terdiam dengan segala hal yang ia pertanyakan mengenai Genoa. "Kamu membuat aku khawatir."
"Memangnya kamu benar-benar mencintaiku?" tanya Dira tanpa mengalihkan pandangannya sama sekali dari mata itu.
"Saat perkenalan pertama kita, kamu mengatakan mencintaiku, dan beberapa kali aku melihat kamu yang memperhatikanku. Kamu jadi selalu ada dipikiranku, Genoa. Apa kamu memang mencintaiku?"
"Ya, aku sangat mencintaimu bahkan sekarang bertambah menjadi rasa sayang. Ketika aku hanya memiliki rasa cinta, aku hanya bisa memiliki perasaan ini tanpa bisa berada di sisimu tapi aku berharap ketika aku juga memiliki rasa sayang, aku bisa berada di sismu, dan bahkan memiliki kamu, Dira."
Dira ingin mencari jawaban dari tatapan Genoa yang sejujurnya hanya menampilkan dirinya yang ada di mata Genoa. Seolah sedang menunjukkan pada dirinya, bahwa hanya Dira yang ada untuk Genoa.
"Jadi tadi kamu mau bicarakan ini?"
Genoa mengangguk. "Aku ingin bertanya kepada kamu. Apa kamu mau kita berdua bersama?"
"Gen?" tanya Dira disela kedinginannya ia masih tidak percaya atas ucapan cowok itu. "Aku kira kamu bercanda."
"Aku gak pernah bercanda soal hati, Dir." Genoa mengatakannya dengan tegas. "Kamu mau kita bersama?"
Anggukan kecil Dira saat itu adalah nyawa baru untuk Genoa.
Genoa sangat bahagia ketika ia berhasil mendapatkan balasan perasaannya.
"Aku janji, Dira. Aku gak akan membuat kamu menderita. Kita gak akan menderita," ucapan Genoa membuat Dira terpaku karena kata-kata tulus Genoa berhasil menyadarkan dirinya kalau cinta memang selalu hadir di antara manusia.
Genoa meraih tangan Dira lalu ia mengecup lengan Dira yang kemerahan.
"Aku gak akan buat kamu merasakan alergi ini lagi, Dira. Aku janji akan melindungi kamu."
Mereka berharap rencana-rencana yang mereka ciptakan sejak saat itu akan terus terwujud sampai mereka benar-benar bersama.
Sampai mereka bisa lebih dari sepasang kekasih.
Dan mereka bisa hidup bahagia bersama selamanya.
* * *
VOTE DAN KOMENTAR SEBANYAK MUNGKIN!
SHARE JUGA NIH KE TEMAN-TEMAN KALIAN BUAT BACA CERITANYA❗❗❗
LANJUT KAN?!
NEXT?
SPAM KOMENTAR YUK SUPAYA TERUS LANJUT
SEMOGA SUKAAA
TERIMA KASIH
FOLLOW INSTAGRAM
@ERLITASCORPIO
@ERLITASCORPIOWP
@FIRLANAGRANDE
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Terendah
Teen FictionKetika Genoa memaksa Dira memasuki sebuah orbit. Dira menikmati keadaan dirinya yang terperangkap. Sementara ketika Dira merasa bahwa dirinya berada di tempat yang tepat. Genoa malah pergi sangat jauh dari orbit dan meninggalkan Dira dalam keadaan p...