|P R O L O G|

781 94 67
                                    

"Tidak tahu seberapa penting diriku, yang penting aku mengaguminya." --Pengagum rahasia.

***
Mana ada cowok yang ingin bersama gadis julit, pedis, sarkas, emosian? Semua cowok akan kabur, cuma dia yang sabar yang akan bertahan.

Tidak tahu lagi, sudah berapa banyak pria yang mendekati gadis ini. Namun setiap didekati bahkan ditembak gadis ini akan mengata-ngatai pria itu, bahkan mempermalukannya.

Seperti saat ini,

"Jadilah pacarku Anindya Valeria Abrizam," teriakan pria yang menggema dilapangan, membuat seluruh siswa melihat pria gila yang sedang berteriak. Anak IPS berkumpul dikoridor gedung mereka bersama anak Bahasa, begitu juga anak IPA digedungnya.

Banyak siswa yang beranggapan ini romantis, namun bagi dia yang mengerti cara mendekati wanita, akan merasa ini hal yang paling menjijikkan, tidak tahu malu. Itulah yang ada dibatin Anindya.

Gadis ini hanya menatap datar dari lantai dua pada pria gila itu. Menurut Anindya, apakah pria ini mengira bahwa menembak Anindya di lapangan akan menjadi hal yang romantis? Tentu tidak. Bagi Anindya ini adalah hal yang paling menjijikkan yang ia tahu.

"Anindya turun lah disini," ucap pria itu sambil mengedipkan matanya. Jangankan namanya, melihat wajahnya Anindya merasa asing. Dia tidak mengenal pria gila itu.

"Sinting Lo!"

Hanya itu yang diucapkan gadis ini, sebelum kembali ke kelasnya. Melanjutkan drama Chinanya yang tertinggal.

***
"Dia cakep Lo Dy, kok Lo gak mau?" tanya gadis berambut long wavy hair.

"Emang gue cabe-cabean? Nerima cowok yang gak gue tahu?" jawabnya sambil bertanya, menatap jengkel pada El.

El--Elizha teman satu-satunya di kelas ini atau bahkan di sekolah. Perkenalan mereka tidak masuk akal, Anindya termasuk gadis yang malas dengan pergaulan bahkan menyapapun enggan. Begitu juga dengan Elizha, tidak suka mengajak orang berkenalan. Sama-sama gengsi.

"Bangsat telat 5 menit!" gerutu Anindya saat gerbang sekolahnya telah tertutup. Sekolah swasta yang elit ini selain kemegahan, aturannya juga sangat ketat.

Telat 1 detik saja, kamu tidak akan masuk lagi. Anindya termasuk siswa yang pandai, telat bukan hobbynya. Namun kesialan menimpanya. Macet dan ban meletus itu yang menyambutnya pagi ini. Menyandang status siswa baru selama 1 Minggu, tentu hal ini memalukan.

"Anjing. Kok gue bisa telat sih?" gerutu seorang gadis pada dirinya sendiri, membuat Anindya menoleh pada gadis ini.

Tatapan Anindya seperti ingin menantang gelut seseorang, membuat yang ditatap merasa risih.

"Kenapa Lo liatin gue kayak gitu? Gue cantik? Tahu gue. Terimakasih," puji gadis itu pada dirinya sendiri. Membuat Anindya bergedik ngeri. Kesialan apa lagi yang ia terima bertemu gadis sepercaya diri ini?

"Gak usah geer anjing." Anindya kembali melihat El dengan tatapn menjijikkan.

El berupaya mencari keberadaan satpam sekolahnya di pos.

"Lo acting yah," ucap El yang membuat Dya menggeleng.

"Gak. Ogah! Lo aja!" tolak Dya. Gadis ini tidak suka acara acting-actingan walaupun kata teman SMPnya saat drama dikelas, Dya lah pemeran terhebat.

"PAK!" teriakan El membuat satpam itu terpelonjak kaget. Begitupun dengan Dya, suara El benar-benar memekakkan telinga.

"Kenapa kalian terlambat!"  ucap satpam itu dengan sarkas, tatapannya seperti ingin menelan.

"Kasian Pak teman saya kepanasan, dia kena kanker stadium dua Pak," ucap El sambil memohon ke satpam itu, membuat Dya membulatkan matanya. Tatapan satpam itu menyelidik melihat Dya.

"Acting atau gak masuk!" bisik El yang disetiap kata yang dilontarkan penuh penekanan.

"Akh... ginjal saya sakit sekali Pak." Dya memegang perutnya, dan badannya yang goals itu lunglai dan ambruk dibadan El.

Ingin rasanya El tertawa, namun ditahan. Satpam itu dengan komuknya yang panik membuat El semakin sulit menahan tawanya.

"Oh Gosh! Kan aku juga ngomong apa. Bukain cepetan Pak." Satpam itu dengan wajah yang begitu panik mungkin takut dituntut segera membukakan pagar untuk El dan Anindya. El berusaha menuntun Dya memasuki koridor sekolah. Dan satpam itu tidak mengikutinya lagi.

"Hahaha... Gila lo, keren juga acting lo. Kenalin gue Elizha panggil aja El cantik," puji El pada dirinya sendiri yang membuat Anindya menatapnya jijik.

"Gue Anindya, panggil Dya aja,"

Sejak hari itulah mereka menjadi sangat akrab. Menghabiskan waktu bersama, saling bertukar cerita. Dalam dua minggu saja.

Tidak ada yang tahu bagaimana skenario Tuhan. Wanita yang sadis saling dipertemukan dan berteman dengan cara yang begitu konyol.

Seorang pria yang melintas di depan kelas mereka, tak sengaja menatap kedua wanita yang sedang bercanda ini.

"Gue yang akan taklukin hati Lo," batin pria itu.


Cuap-cuap Author
Besok Up lagi!
12-September-2020

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang