13.|B U A Y A|

134 25 33
                                    

"Terjebak dengan fuckboy, rasanya? Ah mantap."

***
"Tadi sore, kamu diantar pulang siapa?" Gisel bertanya sambil menuangkan air digelas. Ketiganya telah berkumpul untuk makan malam.

"Naik taxi," ucap Anindya, yang habis menolak ajakan Chasel.

"Mau bawa kendaraan sendiri ke sekolah?" tanya Papanya yang membuat Anindya menggeleng.

"Papa sama Mommy khawatir kalau kamu gak ada yang nganter pulang," ucap Tio.

"Tenang aja, Dya bisa jaga diri," ucap Anindya yang berusaha meyakinkan dirinya sendiri.

"Bagaimana pun itu, kamu anak cewek," ujar Gisel.

"Ingat anak cewek seberharga apa?" tanya Papanya.

"Berlian yang cuma satu didunia," jawab Anindya.

Ketiganya memilih memberhentikan percakapan, dan mulai makan dengan tenang dimeja makan. Begitulah prinsip keluarga ini, saat mulai menyantap makanan, tenang prioritasnya.

"Biar Papa aja yang nyuci piringnya," ujar Tio.

"Mommy aja, Papa kan habis ngantor jadi lelah." Anindya mendenguskan nafas pasrahnya, drama apalagi yang menjadi santapannya malam inu.

"Tapi Mommy kan juga butuh istirahat," ungkap Tio.

"Mom, Pa. Gak mau kasi Dya adek?" tanya Anindya tiba-tiba.

"Memang kamu mau?" tanya Tio sambil tersenyum menatap istrinya.

"Gak juga," ujar Anindya.

"Papa selalu mau, Mommy aja yang gak mau." Kini Anindya menatap Mommynya, menunggu kata apa yang akan dilontarkan.

"Mommy sudah 37 tahun, sudah tua. Kami ngurus kamu aja sayang, gak usah yang lain," ucap Gisel.

"Yaudah deh, pesanin Anindya minum dong," pinta Anindya pada orang tuanya.

"Minuman dimana? Rasa apa?" tanya Tio yang mengeluarkan ponselnya, Anindya tersenyum senang.

"Kedai langganan kita, Vanila Latte yah Pa." Tio mengacungkan jempolnya arti pengabulan.

"Mommy juga, jus jeruk," ucap Gisel. Selera Gisel hanya satu, jus jeruk.

Wanita yang berumur 37 tahun ini, menikah diusianya yang ke 21 tahun dengan pasangan hidupnya. Rambutnya yang selalu dijedai layaknya ibu rumah tangga, dan kulitnya yang berwarna kuning langsat.

Setelah Tio menyuci piring, mereka bertiga berkumpul diruang keluarga. Sambil menonton acara tv yang memperlihatkan berita Omnibus Law dan meminum pesanan mereka.

"Emang sih aturan ini, kita doang yang untung. Rakyat kecil gak," ujar Gisel tak setuju pada Omnibus Law.

"Gak juga. Sebenarnya mereka itu juga untung, mereka akan digaji tiap harinya, dan aturan ini seolah membuat mereka untuk tidak bermalas-malasan bekerja," ungkap Tio dari sudur pandang seorang pegusaha.

"Dya setuju sama Mommy. Tidak setuju!" ujar Anindya, yang dianggukkan kepala oleh Mommynya. Gisel bangga, Anindya membelanya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang