35. | L A G I |

87 14 1
                                    

"Cinta akan datang dengan sendirinya, tapi kenyamanan itu harus ada sebelum cinta datang." — Chasel Adithama.

"Lo mau kemana? Rumah sakit lagi?" tanya Zidan.

"Iya," jawab Chasel.

"Emang dari awal udah ketebak kalau lo suka sama adek kelas itu," celoteh Aska.

"Gak nikung Ryan 'kan lo?" tanya Zidan menatap Chasel penuh tatapan menyelidik.

"Gue gak se gila itu," ujar Chasel.

"Gue ikut dong jenguk Anindya, walaupun dia nyebelin," ucap Zidan yang masih mengingat kejadian di Cafemeral.

"Gue juga ikut."

Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk menjenguk Anindya, membawakan buah-buahan agar tangan mereka tidak kosong.

"Assalamaualaikum." Ketiga laki-laki ini memberi salam saat masuk kedalam kamar inap Anindya.

"Wa'alaikumsalam." Anindya dan Gisel sontak membalas ucapan salam yang dilontakan oleh ketiga laki-laki ini.

Gisel tersenyum sumrigah menyambut para pembesuknya.

"Hai tante. Kenalin aku temannya Chasel. Zidan." Zidan mencium tangan Gisel. Selain menyebalkan, Zidan juga orangnya sangat percaya diri.

"Hai Zidan, senang bertemu dengan kamu. Kalau kamu namanya siapa?" tanya Gisel pada Aska.

"Aku Aska tante. Tante awalnya kupikir saudara Anindya," jelas Aska yang membuat Gisel tertawa.

Walau sudah berkepala tiga, Gisel tetap saja cantik. Tak ada keriput dikulitnya, dan tetap berseri seperti gadis 18 tahun.

"Chasel mau jagain Anindya sebentar gak? Tante mau pulang kerumah untuk ngambil pakaian Anindya," ucap Gisel.

"Siap tante, Chasel akan jagain Anindya." Gisel mengangguk lalu menepuk tiga bahu laki-laki yang masih lengkap dengan seragam Efemeral ini. Lalu berjalan mencium kening putrinya, dan pamit pada ketiganya.

"Gimana?" tanya Zidan.

"Mendingan," jawab Anindya tetap dengan ciri khasnya.

"Walau sakit tetap nyebelin yah?" tanya Zidan yang mendapat anggukan dari Anindya. "Untung lagi sakit," gerutu Zidan.

"Gak usah dipeduliin, emang Zidan rada sinting," ungkap Aska yang kembali mendapatkan anggukan dari Anindya.

"Btw, lo sama Chasel gimana nih?" tanya Zidan yang duduk di sofa, memakan biskuit yang ada disana. Dasar pembesuk tidak beradab.

"Gak gimana-gimana," jawab Anindya.

"Jemuran kalau digantung aja ada yang ambil, apalagi Chasel," celoteh Zidan. Aska dan Chasel hanya menjadi pendengar antara perbincangan Zidan dan Anindya.

"Gue juga banyak," ucap Anindya, yang berupaya untuk duduk. Dengan cekatan, Chasel langsung membantu Anindya untuk duduk.

"Seorang Chasel se care ini jarang loh," seru Aska yang meledek kedua insan ini.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang