39. | J A L A N |

87 11 13
                                    

"Pandailah untuk menghargai apa usaha orang lain, dan selalu posisikan dirimu sama dengannya." — Anindya Valeria.

:::
:::

Biasanya di hari libur seperti ini, seorang Chasel Adithama akan mengurung dirinya di ruang musik, untuk memperdalam hobby-nya.

Namun tidak untuk saat ini, Chasel sedang menunggu Anindya diruang tamu rumah pacarnya. Chasel sejak tadi disuguhi dengan cemilan dan minuman dari Gisel.

"Mau jalan kemana hari ini?" tanya Gisel yang menemani Chasel memakan kue buatannya. "Btw, kue tante enak lo. Makan yang banyak."

"Hahaha ..., iya enak banget tante. Gak tahu, jalan aja pokoknya Tan." Chasel kembali mengambil kue kering yang dibuat Gisel, memang rasanya sangat enak.

Chasel kagum pada sosok Gisel, kebanyakan orang kaya pasti tidak akan nenyentuh dapur, tidak akan membuat tangannya lecet dengan barang-barang dapur.

"Jagain Anindya yah, dia itu emang cuek banget. Tapi kalau udah lama kenal, dia belajar terbuka, dia sedikit lebih cerewet. Cuma, dia anaknya mau dipahami," ucap Gisel.

"Iya tante, Chasel akan berusaha buat Anindya bisa lebih terbuka, dan percaya sana cinta." Chasel berucap mantap, sambil meneguk jus jeruk ditangannya itu.

"Tante percaya kamu bisa. Sana pergi, anak tante udah cantik," bisik Gisel dikuping Chasel. Chasel yang dibisik oleh Gisel, sontak menoleh pada Anindya.

Anindya sangat terlihat cantik, rambutnya yang diurai, serta dress selututnya, dengan tambahan make-up tipis.

"Anak Mommy cantik banget," puji Gisel saat melihat putrinya mendekat.

"Makasih Mommy. Anindya pamit." Anindya kemudian mencium puncak tangan Gisel, dan Gisel memeluk Anindya, setidaknya begitulah tradisi yang sering mereka lakukan.

"Chasel juga pamit tante." Chasel melakukan hal yang sama seperti dilakukan Anindya, mencium tangan Gisel.

"Hati-hati yah. Jaga anak tante." Gisel menepuk bahu Chasel, sebelum laki-laki ini benar-benar berpamitan.

Suasana didalam mobil selalu diam. Chasel sengaja menyetel lagu, agar Anindya sesekali dapat ikut bersenandung.

"Tadi bahas apa sama Mommy?" tanya Anindya memecah kebisuan yang terjadi.

"Lo suka nangis katanya," ujar Chasel yang tetap fokus menyetir mobilnya.

"Bohong!"  elak Anindya, toh dirinya memang sangat jarang menangis.

"Santai dong, tadi tante Gisel cuma nitip anaknya dijaga baik-biak," ujar Chasel.

"O."

"Udah cinta belum sama gue?" tanya Chasel.

"Belum." Anindya menjawab sejujurnya, Anindya merasa sudah benar-benar tidak percaya tentang cinta. Cinta itu hanya omongan, yang tidak ada pembuktiannya.

Sementara bagi Chasel, cinta itu adalah bukti dari awal ketulusan. Cinta yang akan membuat hubungan bertahan abadi, cinta adalah kata yang tak akan pernah habis maknanya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang