"Laki-laki itu, bangsat semua!" —Elizha.
"Lo dari mana aja?" tanya Elizha yang melihat Anindya baru masuk kelas.
"Habis keliling sekolah, roftoop keren banget," puji Anindya yang telah duduk disamping Elizha.
"Dari mana aja lo baru tahu?" tanya Elizha malas. Gadis ini sedang memakan rice bowl yang habis ia beli di caffèmeral.
"Gue gak dateng pas mos," ucapnya. Anindya lalu menarik rice bowl milik Elizha, dan menyicipinya.
"Astaga Dya! Gak ada akhlak banget." Elizha kembali menarik rice bowlnya, namun dengan gerakan cepat Anindya kembali mengambilnya.
"Mau coba dikit." Anindya kembali memakannya. "Enak," puji Anindya.
"Iyalah enak, ini salah satu makanan favorit yang ada di Caffèmeral." Elizha kembali mengambil rice bowlnya.
"Kalau mau beli, tanyaiin gue dulu kek," ujar Anindya.
"Iya."
Guru Ekonomi yang mengajar dijam pertama masuk tepat waktu. Dengan gerapan sigap Elizha memasukkan rice bowlnya dibawa laci, meminum minumnya dengan cepat.
"Selamat pagi anak-anak semua. Hari ini belajar ekonomikan?" Guru berhijab ini lalu meletakkan buku tebal dan tasnya ala guru jadul diatas meja guru.
"Yes Ma'am," jawab seluruh siswa.
"Silahkan siapkan." Ketua kelas mulai menyiapkan teman-temannya, duduk rapi, berdoa, dan mulai berantakan lagi.
"Ma'am mau makan Ma'am," keluh sang biang onar kelas, Mrs.Anna yang selaku guru Ekonomi, menatap datar ke Dodo.
"Dodo, saya bukan Mr.Barto yang akan menyuruhmu keluar kelas, namun saya bisa menyuruhmu berdiri dilapangan sampai jam pulang. Mau?" tawar Mrs.Anna yang seketika membuat Dodo kicep.
"Ampun Ma'am, kapok," cengir Dodo.
Mrs.Anna mulai melanjutkan menulis kompetensi dasar dan tujuan pembelajarannya di papan tulis, membuat siswa ikut menyalin pada bukunya.
"Yang punya sctv bagi dong," teriak Celin.
"Sctv apaan dah?"
"Tip-ex. Satu untuk semua," ujar Celin sambil bernyanyi, andai tak ada guru didepan, sudah dipastikan temannya akan tertawa hingga pamit ke toilet.
"Silahkan ambil di meja saya Celin," perintah Mr.Anna yang membuat semuanya kikuk. Guru ini mungkin bisa dikatakan guru killer, tak ada selera humor, dan menyeramkan pastinya.
Kelas berlangsung secara damai dan tertip. Pelajaran berganti dengan lambatnya dan sangat membosankan.
Anindya dan Elizha telah duduk dibangku depan kelasnya, melihat orang yang berlalu lalang. Tertawa bersama, bahkan lari-larian.
"Gue tadi sama Ryan," ucap Anindya membuka topik.
"O, ngebucin?"
"Gak." Anindya memasukkan ponselnya di kantung almamater kebanggaan Efemeral. "Dia ngajakin gue keliling sekolah, gue lagi gak mood sama dia sebenarnya," ucap Anindya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...