63. | K O N S P I R A S I? |

95 12 1
                                    

"Menjadi baik tidak harus selamanya ditonjolkan, lalukan hal baik, dan tidak menyiksa dirimu. Karena, kebaikan itu akan diakui oleh orang. Bukan diri sendiri yang mengakui."
:::

"Anya!" Yang dipanggilpun menoleh. Anya — gadis pendiam, bahkan terkesan sangat tertutup. Ia menoleh pada sang pemilik suara, tersenyum lebar dan berjalan menghampiri.

"Iya Zidan?" tanya Anya dengan suaranya yang sangat lembut. Zidan mengakui Anya memang cantik, pintar dan suaranya yang sangat lembut dapat memikat siapapun. Tapi sayang, hati Zidan belum bisa melupakan kenangannya bersama Nayra.

"Kamu pulang sekolah bareng siapa?" tanya Zidan yang membuat Anya berpikir, gayanya saat berpikir sangat mirip dengan anak kecil yang ditawari dua pilihan yang rumit.

"Sepertinya gak ada," jawab Anya.

"Pulang bareng mau?" Anya langsung mengangguk antusias. Bukan rahasia pribadi kalau Anya memang dikenal menyukai Zidan. Karena teman-teman Anya pernah melihat walpaper handphone Anya adalah wajah Zidan.

"Oke, aku tunggu di parkiran yah." Zidan mengacak rambut Anya dan berlari menjauhi perempuan ini.

Jangan tanya bagaimana jantung Anya, seperti ingin melompat dan berlari.

"Demi apa Tuhan?" pekik Anya secara tertahan.

Sementara Zidan tersenyum bangga atas dirinya bisa mengajak Anya. Zidan tidak memberi harapan pada Anya, hanya saja menawari tumpangan.

Zidan langsung menuju ke kelasnya, yang saat ini sedang tidak ada guru. Tumben kelasnya sangat sepi, lebih dominan siswa yang tertidur dari pada yang bercerita, ada juga yang memilih untuk ke kantin.

"Berhasil," ujar Zidan yang langsung duduk menghampiri Aska dan Chasel. Chasel baru saja kembali ke sekolah, setelah mengantar Anindya untuk pulang.

"Berhasil apa?" tanya Aska.

"Lo datang-datang berhasil-berhasil aja, berhasil apa dulu?" tanya Chasel.

"Gue berhasil ajak Anya pulang bareng, dia kan lumayan polos. Mungkin bisa ceplos," ucap Zidan.

"Nah gue suka gaya lo!" Aska menepuk-nepuk bahu Zidan.

"Makasih, lo berdua udah mau bantuin gue," ucap Chasel tulus.

"Santai aja Chas, emang kuadratnya sahabat kayak gitu," ujar Aska yang diangguki oleh Zidan.

"Lo berdua mau apa?" tanya Chasel yang membuat Aska dan Zidan tersenyum jahil, sepertinya mereka berdua sedang memikirkan sesuatu yang sangat diluar nalar.

"Bismillah emas 50 gram," ujar Zidan blak-blakan pada anak sang tambang emas.

"Bismillah, aamiin." Aska menambahi. Mereka berdua tertawa, berbeda dengan Chasel yang sepertinya menganggap serius ucapan sahabatnya.

"Iya, nanti gue kirim ke kalian. Emas batangan tapi," ujar Chasel yang kembali berhasil membuat kedua sahabatnya membulatkan mata, tidak percaya bahwa Chasel saat ini sedang serius.

"Bercanda 'kan?" tanya Aska memastikan.

"Serius, nanti gue kirim."

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang