04.|K E N A N G A N|

233 31 37
                                    

Sejak tadi mata Anindya tak pernah berhenti terfokuskan pada satu objek yaitu Ryan, pria itu sama saja seperti dulu, selalu berhasil menarik perhatiannya.

Para kaum hawa kelas XI IPS 1 sejak tadi menyoraki teman-temannya memberikan semangat, dan apa yang dilakukan teman kelas Anindya? Hanya diam menonton, sesekali teriak namun terdengar tertahan. Seperti itulah rasanya menjadi junior, selalu merasa terkekan walau tak dihakimi.

"Jago-jago yah kelas mereka," puji teman kelasnya yang malah mendukung kelas kakak kelasnya. Anindya juga paham dengan tatapan beberapa perempuan disini, tatapan memuja.

"Kak Ryan jago main basket, ganteng, manis, rambutnya kayak oppa. Aduh dia jomblo gak sih?" ceplos teman kelasnya, yang membuat kuping Anindya panas rasanya, tidak tahu kenapa, dia tidak suka ketika mendengar orang memuji Ryan selain dirinya.

"Kak Chasel juga, masyaAllah."

"Cemburu lo?" tanya Elizha yang terkacangi. "Gue aja yang cuek, gak sesingkat lo Dy," gerutu Elizha yang tidak suka merasa terkacangi.

"Hm, ngapain cemburu?"

"Jangan sok lo," Elizha menggebu-gebu.

"Gak. Emang gak,"

"Yaudah, nyebelin lo." Elizha lebih baik memutus perdebatan yang menyebalkan ini.

***
Pria yang telah bercampur dengan keringat ini, berlari-lari kecil menghampiri seorang gadis yang sedang duduk menonton.

"Val, aku keren kan?" pujinya untuk diri sendiri.

"Gak. Biasa aja tuh." Ryan terkekeh, Anindya tetaplah Anindya. Gadis cuek, sarkas bin nyebelin ini tidak akan pernah berubah. Hal itu, yang semakin membuat Ryan mencintainya.

"Tadi aku perhatiin kamu lihatin aku mulu yah?" goda Ryan, yang membuat Anindya berdecak.

"Iya, emang," jawab Anindya, selain cuek, sarkas bin nyebelin, gadis ini juga jujur, terkadang omongannya tidak tersaring.

"Jujur banget, aku ganteng banget yah? Sampai kamu lihatin aku kayak gitu? Atau kamu udah siap untuk memantaskan diri?" tanya Ryan bertubi-tubi, pria ini langsung duduk dibangku sebelah kiri Anindya yang kosong, disamping kanan Anindya sudah ada Elizha yang menjadi pendengar dalam kebisuan.

Sedangkan beberapa orang ada yang memperhatikan mereka, dan banyak yang beristirahat setelah melakukan olahraga yang cukup melelahkan ini.

"Gak juga, kamu jelek, makanya aku lihatin," ujar Anindya yang membuat Ryan tertawa ngakak, terdengar sangat renyah dan gurih, matanya sipit berbentuk bulan sabit, dan keringatnya yang membasahi pelipis pria ini.

"Iya sayang," ucap Ryan setelah mengontrol suara tawanya itu.

"Buaya darat," desis Anindya.

"Pulang sekolah bareng aku yah?" tawar Ryan, yang membuat Anindya menggeleng. "Val aku mohon, katanya ngasih aku kesempatan. Jadi, kamu juga harus bantu aku untuk berjuang," jelas Ryan.

"Yasudah." Anindya menjawab singkat.

"Yes! Aku ganti baju dulu yah. Nanti aku jemput di kelas." Sebelum meninggalkan Anindya, Ryan mengacak rambut gadis ini yang terkuncir.

"Dy, secinta itu dia sama lo?" tanya Elizha ketika Ryan dan teman-temannya telah meninggalkan lapangan indoor ini

"Mungkin," jawab Anindya sesingkat mingkin.

"Gue lihat mata dia mandangin lo penuh cinta banget, elo juga mandangin dia pakai perasaan, cuma lo aja yang gengsi gitu," tambah Elizha.

"Gak usah jadi jubir percintaan,"

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang