"Kalau enggak dianggap, ngapain ngaku-ngaku? Mbak halu yah?" — Anindya.
~•~
Ruangan bimbingan sunyi, sepi dan tenang. Begitulah atmosfer yang dirasakan ketiga siswa ini. Mr. Nael benar-benar guru yang tidak memeliki selera humor.
"Berdasarkan LKS kemarin, Anindya dengan nilai tertinggi. Dua puluh lima soal, hanya satu yang salah. Kalian sebagai kakak kelas jangan ingin tersaingi," ujar Mr. Nael yang menatap lembaran-lembaran kertas yang sedang ia genggam.
"Saya dapat berapa Sir?" tanya Airys.
"Kamu hanya, hmm tujuh belas benar. Perlu ditingkatkan lagi." Airys cemberut mendengar hasil kerjanya yang sangat tidak memuaskan, sambari menatap Anindya penuh kebencian.
"Chasel hanya beda tipis dengan Anindya, terdapat tiga nomor yang salah," ujar Mr. Nael. "Catatan kemarin sudah selesai kalian rangkum?" tanya Mr. Nael.
"Sudah Sir." Mereka bertiga kompak menjawab, kemudian mengumpulkan rangkuman mereka pada Mr. Nael yang bersedia memberikan kritikan.
"Untuk Airys, catatan kamu rapi dan bermotif. Tetapi poin-poinnya masih kurang. Kamu kebanyakan singkatnya, walau tulisan rapih, namun catatan tidak lengkap itu tidak berpengaruh," ucap Mr. Nael sambil memberikan psraf pada buku rangkuman Airys.
"Anindya, poin-poin nya sudah bagus, tapi kamu masih kurang satu pokok pembahasan. Tulisan kamu tidak seindah yang lainnya, tapi masih bisa terbaca. Tambahkan poin yang tertinggal."
"Terimakasih atas masukannya Sir."
"Temenin gue ke wc sekarang!" bisik Airys penuh penekanan, karena Anindya merasa ingin buang air kecil juga, maka ia menyetujui permintaan Airys.
"Sir, kami berdua izin ke wc." Setelah mendapatkan izin, Airys menarik paksa tangan Anindya untuk keluar dari perpustakaan.
"Kenapa sih lo?" tanya Anindya yang melepas cekalan tangan Airys pada tangannya.
"Buruan ke wc!"
Anindya berjalan lebih dulu dari Airys, dirinya juga kebelet. Setelah melakukan rutinitas buang air kecil di wc, Anindya berjalan keluar.
Menampakkan sosok Airys yang sedang berkacang pinggang. Menatapnya seperti musuh yang akan diajak perang.
"Lo kenapa caper banget sih?" bentak Airys tepat didepan wajah Anindya.
"Caper gimana?" tanya Anindya.
"Caper didepan Mr. Nael, biar lo dapat nilai plus dari Chasel," ujar Airys. Gadis itu menggunakan nada suara yang galak, tidak lembut dan manja.
"Buang-buang waktu," seru Anindya.
"Gak usah munafik lo! Gue yakin lo selalu carmuk depan Chasel, biar lo bisa deketin dia," ucap Airys menatap kebencian pada Anindya.
"Gak kebalik?" tanya Anindya menaikkan satu alisnya.
"Lo itu yah! Orang ternyebelin yang gue kenal!" Airys mendorong bahu Anindya, nyaris membuat Anindya jatuh ketembok. Namun, untungnya Anindya masih memiliki tenaga untuk menyeimbangkan badannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...