"Manis dan terlalu manis."
:::
"Saya harap kalian bisa lebih fokus. Olimpiade akan segera dilaksanakan."
Mr. Nael kembali mengingatkan siswa bimbingannya. Karena seleksi olimpiade untuk mewakili Kabupaten akan segera dilaksanakan.
"Anindya, disini kamu yang sangat kami andalkan, dilihat dari cara-cara kamu menjawab soal, jadi jangan kecewakan sekolah ini." Anindya mengangguk mendengar arahan dari Mr. Nael.
"Chasel dan Airys, kalian juga terbaik. Harapan sekolah ini hanya ada pada kalian."
Mereka bertiga sama-sama mengangguk, tidak lama lagi olimpiade akan segera dilaksanakan.
"Olimpiadenya dimana Sir?" tanya Airys.
"Kemungkinan akan diadakan di lab komputer." Mereka kembali mengangguk, hingga bel pulang sekolah berbunyi.
"Silahkan pulang kerumah, dan belajar dengan rajin."
"Thank You, Sir."
"Ok."
Anindya dan Chasel berjalan beriringan di koridor yang sepi, Anindya menemani Chasel untuk mengecek ruangan musik sebelum pulang.
Gedung serbaguna sudah sangat sepi, siswa sudah kembali kerumah dan asrama.
"Mau tinggal disini dulu?" tanya Chasel pada Anindya, perempuan ini hanya menjawabnya dengan anggukan. Berjalan menuju ketempat piano.
Sambil menunggu Chasel mengecek isi ruang musik, Anindya memainkan piano dengan jari-jari jenjangnya, sambil melantunkan lirik-lirik dengan suara yang begitu kecil.
"Mau dengar gue nyanyi?" tawar Chasel yang menarik sebuah bangku agar dapat duduk disamping Anindya.
"Coba," ujar Anindya.
"Anindya, sadarkah dirimu .... Saat kau berada disampingku. Semua lara hati ... yang akan mati."
Senyum manis dibibir Anindya mengembang saat mendengar lagu itu, ternyata ada juga yang menyanyikan dirinya dengan lagu Hilmira yang diidam-idamkan seluruh kaum Hawa.
Deretan gigi manis Chasel tersusun dengan rapi, kulit yang putih serta rambut yang mirip seperti Suho, membuat perasaan Anindya sedikit berbeda.
Chasel terus melanjutkan lirik-lirik lagu ini.
"Ribuan bintang, sinar rembulan. Selalu kita bersama, semua kisah ini, kan selalu abadi."
Chasel menutup lagu ini, dengan memberikan cengiran pada Anindya.
"Suara lo bagus banget." Anindya memuji, karena tanpa kebohongan sedikit saja, memang suara Chasel sangat bagus. Nadanya juga tidak sangat membosankan.
"Makasih, suara lo juga keren abis!" Chasel memuji kembali, Anindya hanya mengangguk seperti biasa.
Chasel sudah mulai terbiasa dengan sifat Anindya yang cuek, jutek bin nyebelin.
"Ayo pulang, udah mau malam." Mereka kembali berjalan beriringan, menyusuri koridor dan melewati lapangan outdoor, Anindya berlari-lari singkat, meresa begitu bahagia dan menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...