67. Menuju Akhir

156 16 13
                                    

"Kehilangan terberat, ketika seseorang yang kau sayangi, pergi untuk selamanya dan tidak akan pernah kembali bersamamu lagi."

"Berpisah di dunia memang sangat menyedihkan, tetapi yang lebih menyedihkan, kita harus terpisah alam."

:::

Tak henti-hentinya Gisel menumpahkan air matanya, menunggu sang putri untuk siuman. Ginjal Anindya tiba-tiba langsung mengalami komplikasi, membuat tubuh gadis itu ambruk.

Sama halnya dengan Gisel, Tio juga begitu panik. Namun sekuat tenaga, Tio berusaha menguatkan istrinya, bahwa Anindya pasti bisa melewati semua ini.

Suara pintu terbuka, membuat keduanya menoleh.

"Bagaimana dokter?" tanya Gisel langsung.

"Dia gadis yang kuat, dia sudah sadar di dalam," setelah dokter mengatakan hal seperti itu, Gisel langsung berlari masuk kedalam, untuk melihat kondisi putrinya.

"Kamu gak kenapa-kenapa sayang?" tanya Gisel, yang membuat Anindya menggeleng lemah.

"I'm fine Mom."

"Mommy khawatir, Mommy takut Dya," ujar Gisel dengan suara bergetar.

"Kenapa harus takut Mommy sayang? Ada Papa, ada adek yang akan selalu ada untuk Mommy," ucap Anindya.

"Enggak. Kamu itu sahabat Mommy, teman Mommy. Kamu segalanya bagi Mommy," ujar Gisel yang telah menunpahkan air matanya.

"Kenapa nangis sih Mom? Mommy juga ibu terbaik bagi Anindya. Tapi Mommy juga harus tahu, bahwa Anindya tidak akan selamanya ada untuk Mommy, dan Mommy tidak akan selamanya untuk Anindya."

"Papa bangga, anak kecil Papa ini sudah tumbuh menjadi gadis yang bijak. Princess kecil ini, sudah ingin menjadi ratu yang memegang tahta," kata Tio saat berjalan menghampiri anak dan istrinya.

"Terimakasih Pa."

Tiba-tiba dering ponsel Gisel menggema disetiap sudut IGD. Membuat ibu tiga anak ini langsung mengangkat sambungan telpon itu.

"Alhamdulillah." Gisel berucap antusias ketika mematikan sambungan telfon itu. "Chasel sadar,  boleh dipindahkan di kamar rawat."

"S-serius Mom?" tanya Anindya yang mendapat anggukan dari Gisel. "Dya mau ketemu Chasel." Anindya memohon.

"Kamu lagi sakit sayang."

"Please Mom," ucap Anindya memohon.

"Yasudah, Papa tanya ke dokter dulu."

Menurut dokter, Anindya tidak perlu di rawat dan sudah boleh pulang membuatnya sangat senang. Mobil Tio langsung menuju ke arah rumah sakit Chasel dirawat.

Tio mendorong putrinya menggunakan kursi roda, menciptakan senyum lebar di bibir Anindya, tidak sabar bertemu dengan Chasel. Laki-laki yang berhasil meyakinkannya tentang cinta.

"Hai!" Sapa Anindya, ketika berada diruangan Chasel. Laki-laki ini, sedang di suapi oleh Elizha. Tidak terdeteksi keberadaan Jinan dan Gavin.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang