"Pilih orang yang bisa memberikan lo kepastian dan kenyaman. Karena tidak ada gunanya saling suka tapi saling ngegantung, itu sia-sia." — Anindya
:::
Setelah keluar dari rumah sakit, Chasel diperintahkan untuk melakukan hal-hal ringan saja, tidak yang membuat jantungnya down seketika.
Saat ini mereka bertiga berada didalam perpustakan, Anindya, Chasel dan Mr. Nael. Ingin mengkaji lebih dalam tentang materi yang akan diperlombangkan nanti.
Mereka telah menang di Jakarta, selanjutnya akan melewan provinsi lain.
"Saya sangat beharap, kita dapat lolos nantinya, dan ikut olimpiade Nasional yang bertempat di Jogja," ujar Mr. Nael.
"Aamiin Sir."
Mr. Nael mulai memberikan penjelasan tentang materi yang mereka kaji pada hari ini, mengulik sampai akar-akar materi. Anidya tidak pernah mengecewakan ekspetasi orang lain, buktinya perempuan ini mengetahui semua materi yang sedang dibahas.
Anindya dan Chasel berjalan beriringan di koridor sekolah, sambil Chasel menggenggam tangan Anindya, menautkan jari-jari mereka.
Koridor tidak sepi, bahkan ada beberapa siswa yang sibuk menonton anak eskul yang olahraga disekolah, dan anak paskib yang selalu latihan di sore hari.
"Sosweet banget sih," ucap orang-orang yang berada di koridor sekolah.
"Pengantin baru emang gitu guys." Suara tawa menghiasi koridor, mereka sibuk menertawakan mostwanted sekolah ini.
Sepasang kekasih, yang diidam-idamkan oleh semua kaum, baik Hawa maupun Adam.
Anindya hanya membelas itu dengan senyuman, sementara Chasel mengganti genggaman tangannya menjadi rangkulan pada bahu Anindya.
"UWU FOBIA PAMIT!" Teriakan itu menggema disetiap sudut koridor, yang sangat mengundang gelak tawa.
"Malu," bisik Anindya.
"Tenang, ada aku." Chasel memperlebar langkahnya, begitupula dengan Anindya yang mensejajarkan badannya dengan Chasel, agar mereka berdua sampai ke parkiran dengan cepat.
"Aku yang nyetir, sini kunci," ucap Anindya yang langsung diberikan kunci mobil oleh Chasel, laki-laki ini hanya akan menerima saja, tidak akan berdebat dengan pacarnya lagi.
"Urai rambutnya dong," pinta Chasel pada Anindya yang sudah menyalakan mesin mobil.
"Untuk?" tanya Anindya yang merasa heran dengan perintah random dari Chasel.
"Aku suka kalau kamu urai rambutnya. Lebih manis."
"Yaudah bukain." Anindya membelakangi Chasel, memudahkan laki-laki ini untuk membuka pengikat rambut Anindya.
"Nah kan manis." Chasel mengacak pelan rambut Anindya.
Mobil Chasel yang dikendarai Anindya, telah meninggalkan pekerangan sekolah. Berjalan menyusuri keramaian koto Jakarta di sore hari.
Berteman dengan macet, serta berdamai dengan polusi. Begitulah yang selalu dirasakan masyarakat di Jakarta. Tapi hal ini yang membuat mereka nyaman.
Dipinggir jalan, sudah banyak muda mudi yang menikmati keramaian kota Jakarta sambil berjalan sore, baik itu berseragam sekolah atau anak perkuliahan.
Terkesan begitu romantis, dan sangat menyenangkan. Berlari kesana kemari, dibawa langit orange.
"Maaf ya, udah buat kamu nyetir," ucap Chasel yang bersandar pada kursi penumpang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...