30. |K E R J A K E L O M P O K|

87 15 1
                                    

"Pulang sekolah ke rumah gue 'kan?" tanya Elizha.

"Malam aja, abis magrib. Gue harus izin," ucap Anindya yang diangguki Elizha.

"Lo mau kemana?" tanya Elizha yang melihat Anindya mengemasi barang-barangnya saat jam esktrakulikuler telah berbunyi.

"Gue bimbel, persiapan olimpiade," ucap Anindya.

"Ini roti buat lo. Jaga kesehatan." Elizha menyerahkan sebuah roti dan sebotol air untuk Anindya, sahabat akan selalu seperti itu.

"Makasih El."

Anindya menyusuri jalan penghubung antara gedung ke gedung dengan langkah sedikit lebih lebar, agar dirinya lebih cepat sampai ke perpustakaan. Hari ini pertemuan pertama mereka, jadi Anindya tidak akan ngaret.

Kesan pertama itu harus indah.

Dengan nafas yang sedikit terpenggal-penggal Anindya mendudukkan dirinya dikursi yang telah dikirimkan Mr.Nael di group WhatsApp persiapan info bimbingan.

Belum ada seorang yang menduduki meja ini, setidaknya Anindya masih bisa beristirahat untuk menetralkan nafasnya yang sedikit kelelahan habis berjalan ke gedung perpustakaan ini.

Rasanya Anindya ingin minum, namun karena adanya aturan diperpustakaan untuk melarang makan dan minum, Anindya menahannya.

Ponselnya bergetar, menandakan sebuah notifikasi masuk. Benar saja, terdapat notifikasi dari WhatsAppnya.

ChaselAdithama
Ke perpus bareng ayo
kita ketemu dijembatan penghubung

Anindya
gue udah di perpus

ChaselAdithama
tunggu
kursi buat gue disamping lo yah

Anindya
gk mau

ChaselAdithama
awas aja kalau gak
peringatan ini yah!

Jujur saja setelah tragedi menerbangkan lampion, Anindya meresa malu pada Chasel. Entah kenapa dirinya begitu malu saat setelah mengucapkan kata-kata saat lampion itu terbang.

Malam itu, Anindya menjadi lebih diam. Membiarkan Chasel, dan tidak mempedulikannya, dirinya sangat mereasa malu. Malu karena telah mengucapkan kata-kata itu.

Benar saja, Chasel selalu datang tepat waktu. Anindya juga tidak yakin kalau Chasel kena penyakit jantung, kenapa laki-laki ini bisa berlari begitu cepat. Bukankah itu melelahkan?

"Pintar banget, ini kursi gue 'kan?" Chasel langsung mendudukkan bokongnya tepat disamping kursi Anindya.

"Mmm enggak, c-cuma belum ada yang lain aja," ucap Anindya sedikit gugup.

"Kenapa ngomongnya kayak gitu? Lagi sakit?" tanya Chasel membuat Anindya menggeleng.

"G-gue mau keluar minum dulu." Anindya bangkit dari duduknya sambil memegang botol air yang diberikan oleh Elizha dikelas tadi.

"Ngapain keluar? Itu dibagian pojok ada ruangan khusus ngemil dan minum." Chasel menunjuk sebuah ruangan berdinding kaca yang didalamnya sudah ada beberapa siswa yang mengunyah dan meneguk air.

"Itu sengaja dibuat, karena guru-guru yakin kita semua akan merasa haus atau pun lapar ketika terus berdiam diri di perpustakaan sambil membaca, itu membutuhkan energi," terang Chasel yang mendapatkan anggukan dari Anindya, Anindya berjalan keruangan itu untuk minum.

Tidak lupa dirinya untuk selalu minum duduk, karena salah satu penyebab dirinya terkena penyakit ginjal karena keseringan minum berdiri. Sehingga terjadilah beberapa penyumbatan-penyumbatan dan air tidak berfungsi sebagai mestinya hanya langsung terus turun kebawah saja.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang