09. | F I S I K A|

147 30 40
                                    

Fisika itu seperti telur dan ayam, sulit dipecahkan yang pertama diciptaiin siapa, telur atau Ayam?

Anindya berjalan menyusuri lingkungan sekolahnya, melewati setiap gedung untuk menuju ke perpustakaan. Anindya baru sadar, sekolahnya ini benar benar luas dan memang sangat lengkap.

Perpustakaan saja, memiliki gedungnya sendiri.

Perempuan ini melangkahkan kakinya memasuki perpustakaan, atmosfernya jelas berbeda dan sangat nyaman. Udara diluar sangatlah panas, dan ketika masuk diruangan ini kesejukan yang menyambutnya.

AC diruangan ini dingin, kalau menurut Anindya 'bukan kaleng-kaleng' dan wangi buku akan menusuk indra penciuman.

"Ini pas buat gue." Anindya membatin.

Ini kali pertama Anindya masuk keperpustakaan Efemeral. Sangat cantik, megah, dan hmm Anindya tidak bisa menggambarkannya. Matanya terus saja meneliti kesetiap sudut-sudut ruang, buku buku tersusun dengan rapinya sesuai ganre.

'Geografi' mata Anindya tertuju pada sebuah rak, Anindya begitu menyukai pelajaran Geografi, salah satu alasannya memilih jurusan IPS. Anindya selalu ingin tahu dengan letak Indonesia, sejarahnya, hukum yang berlaku.

Setelah mengambil buku yang ingin ia baca, dengan senang hati Anindya memilih duduk dipojok, tempat yang sepi dan nyaman.

Majalah National Geographic

Anindya kalau sudah bertemu dengan buku, apalagi pelajaran favoritnya dia bukan lagi cuek, tapi udah kayak orang meninggal, bungkam.

"Ikut olimpiade geografi seru gak yah?" tanya Anindya pada dirinya sendiri.

"Seru," celoteh seorang cowok yang membuatnya menoleh, dan Anindya menatap datar ke laki-laki itu, benar benar mengganggu kenyamanannya.

"Lo gak bakalan lupa sama gue kan?" tanya laki-laki ini yang tiba-tiba duduk didepan Anindya tanpa dipersilahkan.

Anindya mendesah pelan, kenapa kesialan selalu menghampirinya. Dirinya merasa kesal, kenapa disekolah harus ada mantannya lagi selain Ryan? Apa jangan-jangan di Efemeral ini sarangnya mantan?

"Siapa?" tanya Anindya seolah tak mengenali laki-laki ini.

"Sombong banget," celoteh lawan bicaranya.

"Mohon maaf, saya sedang sibuk." Dirinya kembali melanjutkan aktivitas yang sempat tertunda karena laki-laki sialan ini.

"Sama aja sifatnya, gue E-"

Tiba-tiba bel tanda usai istirahat berbunyi, Anindya mengembalikan buku yang ia baca pada rak semula, dan meinggalkan laki-laki ini yang sudah gemes ingin menabok Anindya.

Dengan perasaan lega, Anindya kembali menyusuri koridor dengan berlari pelan untuk kembali kekelasnya.

Dengan nafas yang memburu dirinya telah duduk dibangku kesayangannya.

"Dari mana aja lo? Gue cariin gak ada?" tanya Elizha.

"Perpustakaan." Anindya menyandarkan dirinya dikursi, ternyata lari-larian dari perpustakaan sampai kelasnya sangat melelahkan, apalagi ada banyak anak tangga.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang