"Semesta itu terlalu ajaib untuk kutebak." —Anindya.
Sehabis latihan musik, dan menunggu sekolah sepi, begitupun dengan urusan Chasel yang telah selesai. Anindya mengikuti Chasel menuju parkiran motor. Mereka berencana untuk pulang kerumah bersama.
Suasana langit sedikt mendung, tetapi tak tahu akan berujung hujan atau tidak. Chasel sudah menaiki motor vespa matic kesayangannya, dan Anindya sudah duduk dijok belakang.
"Ini helmnya." Anindya segera memasang helm itu ke kepalanya tanpa membutuhkan waktu yang lama.
"Ayo." Anindya menyuruh Chasel untuk menjalankan motornya, meninggalkan area sekolah. Agar tidak ada yang melihat bahwa mereka pulang berdua.
"Lo gak mau pergi kemana gitu?" teriak Chasel ditengah-tengah ramainya kota Jakarta yang penuh dengan polusi.
"Ke kemakam Ryan." Anindya ikut berteriak, agar suaranya tidak tertutupi oleh bunyi kendaraan.
"Serius?" tanya Chasel sekali lagi. Anindya mengangguk melalui spion yang sedang diperhatikan oleh Chasel.
Chasel menjalankan motornya, melewati jalan besar yang menghubungkannya dengan makam Ryan, yang jaraknya lumayan jauh dari rumah mereka dan sekolah tentunya.
Walau jujur Anindya tidak begitu nyaman menggunakan motor yang akan membuat dirinya diperhatikan oleh orang lain, mungkin karena mereka menggunakan pakaian sekolah dan ibu-ibu melihatnya untuk mengenang masa muda mereka.
"Gimana udah suka belum sama gue?" teriak Chasel.
"Belum." Anindya menjawab dengan suara yang lebih pelan dari teriakan Chasel. Karena teriakan Chasel seolah-olah ingin membuat seisi dunia tahu karena besarnya suara Chasel.
"Kenapa mau kemakan Ryan?" tanya Chasel.
"Rindu aja."
"Berarti lo cinta sama Ryan?"
"Rindu itu tidak harus cinta Chas."
Chasel tiba-tiba merem mendadak motornya, sehingga otomatis tubuh Anindya maju dan memeluk Chasel. Anindya mendumel pelan lalu kembali mundur.
"Kenapa sih?" gerutu Anindya.
"Mobil yang didepan tiba-tiba ngerem aja." Walau Chasel ingin marah, tetapi pudar begitu saja. Karena Anindya memeluknya tanpa kesengajaan. Rasanya Chasel ingin terbang saja.
"Bawa motor pelan-pelan," ucap Anindya.
"Oke sayangku," bisik Chasel yang tertawa pelan. Dirinya membayangkan seseru apa ketika mengucapkan kata itu pada Anindya, gadis itu pasti akan malu atau mungkin kesal.
Mereka berdua kembali melanjutkan perjalan, melewati jalan tikus hingga akhirnya tiba di pemakaman elit tempat Ryan dikuburkan.
"Lo mau ikut masuk?" tanya Anindya pada Chasel yang memarkirkan motornya.
"Iya kan dia teman gue," ucap Chasel yang mulai berjalan menyeimbangkan langkahnya dengan Anindya. Menunggu keputusan sang pencipta antara menurunkan hujannya atau tidak.
Anindya berjongkok mengusap batu nisan Ryan, dan menaburi bunga-bunga diatas makam ini, yang sempat ia beli didepan pemakaman juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...