41. | T A M A N |

91 12 1
                                    

"Mencintainya adalah kesabaran. Sabar yang tidak ada habisnya, dan memang harus kupertahankan." — Chasel Adithama.

"Udah selesai?" tanya Aninya yang melihat Chasel telah menutup buku-bukunya.

Mereka berdua sengaja tidak menghabiskan waktu istirahatnya percuma dikantin. Anindya membantu Chasel di perpustakaan, agar hukuman laki-laki ini segera berakhir.

"Udah, kekantin ayo." Anindya menggeleng, menolak ajakan Chasel. "Kenapa lagi?"

"Lo aja," ujar Anindya.

"Kenapa? Lo juga harus makan Dy," ucap Chasel.

"Gak laper," keluh Anindya.

"Coklat mau enggak?" tawar Chasel yang langsung mendapatkan anggukan dari Anindya. Chasel tertawa ringan, mengelus rambut Anindya.

"Ayo gue beliin dikantin, temenin gue makan dulu." Anindya akhirnya setuju, mereka berjalan kekantin beriringan dengan Chasel, tanpa genggaman.

Karena status pacaran mereka, masih bersifat pribadi di sekolah ini.

Chasel dan Anindya tidak bergabung di meja teman-teman mereka, namun memilih memesan makanan dan membeli coklat lalu ketaman belakang sekolah. Tempat Chasel mengungkapkan perasaannya pertama kali.

"Buka mulut dulu," pinta Chasel pada gadis berwatak cuek yang sedang duduk disampingnya ini.

"Enggak mau." Anindya menolak.

"Dikit aja yang penting perut lo terisi, kasian adek yang didalamnya."

/Plak

Anindya tidak segan-segan menabok lengan Chasel dengan keras.

"Ngaco!" Anindya menatap Chasel dengan padangan tidak bersahabat.

"Hahaha .... Bercanda sayang." Chasel tertawa terbahak, dan langsung merangkul bahu Anindya.

"Makan dulu sedikit." Chasel lalu menyuapi Anindya nasi campur yang ada dimeja didepan mereka. "Kunyah sampai halus, nanti ginjalnya sakit." Anindya hanya nengangguk dan melanjutkan proses mengunyah nya.

Sementara ditangan kanan Anindya masih ada coklat yang diberikan oleh Chasel tadi.

"Gue mati gak yah?" tanya Anindya disela-sela kunyahannya.

"Enggak! Lo kan jodoh gue, jadi harus hidup selamanya," seru Chasel.

"Kita gak jodoh," jawab Anindya.

"Kok lo mikir gitu?"

"Karena gue udah lihat malaikat maut." Chasel langsung merinding mendengar penuturan teraneh yang Anindya lontarkan.

"Jangan ngaco. Udah gak usah mikir gituan. Pikir yang buat lo bahagia aja." Chasel memberi saran.

"Gak ada."

"Bayangin lo nikah sama gue, malam pertamanya lo gue anuin, kita punya keluarga harmonis, punya anak gemesin." Anindya langsung menoyor kepala Chasel, laki-laki ini terlalu ngaco untuk Anindya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang