40. | H U K U M A N |

73 11 2
                                    

"Dia memang kaku. Tetapi dia, selalu mengerti dengan tindakannya." — Chasel Adithama Gavin.

:::

Chasel menepikan mobilnya, diparkiran sebuah kantor besar yang berada di Jakarta Pusat.

"Ngapain disini?" tanya Anindya.

"Sebenarnya gue mau ke bukit, tapi kayaknya gak cocok buat lo yang masih proses pemulihan.Kita ke rooftop aja."

Anindya pun mengangguk, lalu mereka berdua keluar dari mobil berjalan beriringan.

Ghvins Group

"Perusahaan Papa lo?" tanya Anindya, yang diangguki Chasel. "Perusahaan tambang emas?" tanya Anindya.

Chasel kembali mengangguk.

"Papa gue pernah bekerja sama dengan perusahaan ini," ujar Anindya.

"Kok bisa tahu?" tanya Chasel.

"Gue selalu bantuin Papa."

"Wow bisa dong, restu udah yes."

Mereka berdua melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor, sambutan senyum hangat tidak henti-hentinya mereka dapatkan.

"Selamat Sore Mas Chasel." Sapan-sapaan hangat, juga mulai terdengar di telinga mereka berdua.

"Pacar nih? Wah pertama kali bawa cewek ke kantor nih," goda salah satu karyawan diantara banyaknya karyawan yang menyapa mereka.

"Iya nih, Bapak ada?" tanya Chasel, sementara Anindya masih tetap berdiri dengan tenang di samping Chasel.

"Pak Gavin ada di ruangannya, kebetulan beliau baru saja selesai meeting Mas." Ujarnya.

"Boleh saya bertemu dengan beliau?" tanya Chasel.

Walaupun ingin bertemu dengan Papanya sendiri, tetapi Chasel juga harus mendapatkan izin. Karena, Chasel akan selalu berusaha untuk pandai menghargai orang lain.

"Tentu saja boleh, silahkan Mas."

Chasel menggenggam tangan Anindya, mereka memasuki lift untuk menuju lantai diruangan Papanya berada.

"Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatu." Mereka berdua mengucapkan salam sata masuk diruangan Gavin.

"Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatu, eh masuk nak," ajak Gavin yang langsung menutup macbook yang ada dihadapannya.

"Hm, pacarnya?" tanya Gavin yang kini sedang menatap Anindya secara rinci.

Entah karena apa, Anindya merasa deg-degan. Gavin seperti sedang menilainya serinci-rincinya.

"Iya Ayah," jawab Chasel.

"Comel juga," batin Anindya.

Mungkin Anindya, masuk diantara banyaknya orang yang menyukai laki-laki yang memanggil Papanya, sebagai sebutan Ayah.

"Cantik banget yah," puji Gavin.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang