22. | D A Y |

138 17 16
                                    

Hai! Don't forget to play lagunya! Karena kalian harus baper disini! Parah! Siap bahagia dan sedih bersamaku dan lainnya? Mari simak kisah ini.

Antara Pagi dan Kau

Happy Reading All🖤🔫

~•~

"Hidup harus terus dijalani, lewati dan nikmati. Kalau tidak bisa menikmati, berarti kamu belum dapat dikatakan hidup."

Anindya duduk termenung dibangku rumah sakit ini, sedangkan kedua orang tuanya sedang mengambil obat di apotek — sejak tadi.

Anindya memikirkan bagaimana keadaannya, mungkin dia akan menjadi beban orang tuanya, Anindya takut hal-hal seperti itu terjadi.

Anindya tidak pernah suka ketika orang-orang merisaukan dan diberatkan olehnya.

"Dya." Panggilan itu membuatnya menoleh.

"Mommy liat tante Kiren! Cepetan sini, dia kayak nangis gitu." Anindya segera berjalan mendekati Mommy nya, dan Tio? Anindya tidak tahu Papanya sedang kemana.

Anindya berjalan mendekati Kiren.

"Tante?" ucap Anindya yang membuat Kiren menoleh, wanita yang bisa dikatakan sudah berumur ini berjalan memeluk Anindya.

"Sayang." Kiren memeluk Anindya sangat erat, Anindya juga membalas pelukan Kiren, entah Anindya harus bagaimana, dia juga heran melihat Kiren.

"Kenapa tante?" tanya Anindya saat pelukan mereka terhenti.

"Ryan," ucap Kiren melemas. Kiren adalah Mama dari Ryan, laki-laki yang pernah membuat Anindya merasa jatuh cinta sedalam-dalamnya dan kehilangan kepercayaan tentang cinta.

"Ryan kenapa?" tanya Anindya khawatir, bagaimana pun itu, Ryan pernah ada untuknya.

"Dia kecelakan, ditabrak mobil waktu pulang sekolah. Ry-Ryan gak sadar-sadar sayang." Kiren duduk dikursi tunggu depan IGD, menangis tersedu-sedu.

Tidak akan ada seorang Ibu yang kuat melihat anaknya terbaring lemah diatas kasur rumah sakit, penuh darah dan sedang ditangani oleh dokter.

"Om?" tanya Anindya yang tidak melihat keberadaan Papa Ryan didepan sini.

"Dia lagi rapat keluar kota, tapi tante udah nelpon. Katanya langsung balik." Kiren menjawab disertai dengan isak tangis.

Anindya membuka tasnya, mengeluarkan tissue yang tidak pernah ia lupa untuk dibawa dimana saja.

"Tante, Aku yakin Ryan pasti gak kenapa-kenapa," ujar Anindya berusaha meredahkan kekhawatiran Kiren.

"Iya mbak, aku yakin Ryan gak akan kenapa-kenapa. Dia anak cowok yang kuat." Gisel berjalan merangkul bahu Kiren.

Gisel pernah merasakan kehilangan anak, walaupun cuma anak angkat, namun sudah ia anggap sebagai anak kandungnya.

"Aku minta maaf sama kalian, maaf untuk kamu sayang, Ryan sudah sering nyakitin kamu. Ryan selalu sia-siaiin kepercayaan kamu, tidak bisa menghargai perasaan kamu. Tante juga sering marahin Ryan tapi dia selalu bingung." Kiren mengusap pelan kepala Anindya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang