62. | B U L L Y |

109 12 5
                                    

"Akan ada fase, dimana kita pernah merasakan disayangi dan dibenci oleh orang di sekitar kita. Tetapi, dia yang benar-benar menyayangi, tidak akan pernah memberikan rasa sakit dan kecewa."

:::

Anindya kembali drop, gadis berkulit putih pucat ini berbaring diatas kasur UKS tanpa pergerakan sedikit pun. Chasel seorang diri menemani Anindya. Mereka berdua, berniat mencari tahu siapa pelaku itu.

Saat ini, Anindya sedang ditangani oleh dokter yang berada di UKS ditemani dengan beberapa siswa PMR.

"Atau saya bawa dia kerumah sakit saja, Dok?" tanya Chasel khawatir.

"Gak usah, dia hanya kecapean dan banyak beban pikiran, jadi sampai drop seperti ini," ujar sang dokter. "Kalau dia sudah bangun, suruh minum obat ini."

Chasel mengangguk, dan membiarkan dokter itu menyisakan mereka berdua. Chasel menggenggam tangan Anindya yang sangat pucat dan dingin. Bibir gadis ini, sangat pucat. Chasel tidak tega melihatnya.

Badan Anindya, semakin hari semakin kurus. Tidak seperti awal, gadis dengan badan yang hampir sempurna.

"Cantik, ayo bangun," ucap Chasel mengelus pelan rambut Anindya.

Suara pintu terbuka, membuat Chasel menoleh pada sumber suara itu. Gorden tipis yang terbayang, membuat Chasel gampang mengenali siapa yang masuk.

"Gimana?" tanya Chasel pada ke-kedua temannya.

"Susah, CCTV error pagi tadi, mainnya sangat cantik," ujar Aska.

"Iya Chas, kita udah lihat seluruh sudut dari CCTV tapi gak ada gambar," ujar Zidan.

"Gimana yah?" tanya Chasel yang berpikir keras, ditemani dengan teman-temannya.

"Lo udah cek CCTV gerbang asrama? Atau CCTV jalan depan sekolah, CCTV 5 meter dari sekolah, i think mereka, gak mikir sejauh itu," saran Chasel yang diangguki oleh teman-temannya.

Zidan dan Aska langsung menghubungi kenalan mereka yang berada di asrama, warung, dan jalan menuju sekolahnya.

"Semua akses CCTV error Chas," ucap Aska frustasi.

"Yang lakuin ini benar-benar main cantik, akalnya gak pendek. Tapi kok ada orang bodoh kayak gitu, nyebarin foto Anindya lagi cuci darah, sopan kah?" omel Zidan.

"Susah carinya kalau kayak gini," ujar Aska.

"Eng-gh." Suara rengekan itu berasal dari Anindya yang baru sadar dari pingsan-nya. Menbuat Chasel langsung mengalihkan perhatinnya full pada Anindya.

"Apanya yang sakit cantik?" tanya Chasel. Anindya hanya membalasnya dengan gelengan. Gadis ini, berusaha menetralkan nyawanya yang belum terkumpul sempurna. Anindya memegangi kepalanya yang sedikit pusing dan berkunang-kunang.

"Chasel." Anindya memanggil dengan suara seraknya. Chasel langsung berjalan mengelus puncak rambut Anindya. Sementara Aska dan Zidan langsung duduk di sofa UKS, berusaha mencari tahu siapa pelaku yang menyebarkan privasi itu.

"Kenapa sayang?" tanya Chasel.

Anindya mendongak, menatap wajah Chasel. "Belum ketemu?" Chasel menggeleng sebagai jawaban.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang