"Semua orang tua akan bangga pada anaknya. Bagaimanapun anak itu, karena cinta orang tua tidak akan pernah habis untuk anaknya."
:::
"Gimana olimpiademu nak?" tanya Tio. Mereka bertiga sedang berkumpul diruang keluarga.
"Dya juara satu Pa," ucap Anindya.
"Serius?" tanya Tio dan Gisel secara bersamaan, Mereka bukan tipe orang tua yang akan memaksa anaknya, memberikan kebebasan dalam memilih masa depan, hanya mendukung dan mengarahkan.
"Iya, Anindya dapat skor 498 dari 500 skor sempurna," ujar Anindya.
"Wah, pandainya anak Papa sama Mommy," ucap Gisel yang memberikan pelukan pada putrinya.
"Selamat ya anak cantiknya Papa. Kamu mau kado apa?" tanya Tio yang membuat Anindya termenung, ada permintaan yang ia inginkan namun belum bisa ia lontarkan.
"Anindya belum bisa ngomong. Tapi kalian janji harus kabulkan," ujar Anindya.
"Apapun itu, Papa akan lakuin buat kamu sayang."
Tio sangat menyayangi Anindya, cinta seorang ayah yang tidak akan pernah habis. Walau yang orang lihat, Tio adalah seorang yang cuek dengan lingkungan, tetapi Tio sangat hangat dalam keluarganya.
"Kamu baik-baik ajakan sayang?" tanya Gisel yang mempunya firasat yang tidak baik, karena sejatinya seorang Ibu memiliki hubungan batin yang sangat kuat dengan anaknya.
"Iya Mom, gak usah khawatir," ujar Anindya.
"Sudah, sudah. Kita bahas yang bahagia saja," ucap Tio.
"Pa tau gak, Mommy ada gosip," ujar Gisel yang mulai mengheboh-hebohkan intonasi suaranya.
"Apa sayang?"
"Ada yang mulai jatuh cinta loh," ledek Gisel yang melirik Anindya. Sejak awal, firasat Anindya sudah tidak baik mendengar suara Mommynya.
Anindya hanya menatap datar pada sang Mommy yang sangat suka meledeknya, ditambah Papa yang sangat menyebalkan.
"Masasih sayang? Cerita dong."
Wajah Anindya sudah memerah, bukan malu tapi menahan kekesalan. Kenapa dua orang tuanya sangat suka meledeknya.
Tuhan, Anindya ingin menghilang rasanya.
"Masa tadi di gerbang ad-"
"Mom," tegur Anindya yang merasa malu didepan orang tuanya.
"Kenapa? Papa gak suka digantung loh. Cepat cerita sayang." Tio memaksa Gisel, sementar Gisel sudah tertawa, menertawakan Anindya.
Seorang ibu adalah sahabat, teman, dan ibu bagi anak-anaknya, dan Gisel menempatkan posisinya sebagai itu. Seoarang ibu yang didamba-dambakan.
"Masa ya Pa, ada yang pelukan sore tadi.Terus dicium pula pipinya," seru Gisel.
"Cium? Jatuh cinta beneran tuh Mom, siapa yang gitu?" Tio bukannya membela Anindya, malah ikut mengejeknya. Anindya merasa frustasi seketika ditempat itu. Malunya yang tidak tertahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]
Teen Fiction"Bukan tidak mampu soal harta, bahkan kelebihan. Namun, fisik yang tak mampu." -Anindya Valeria Abrizam✨ Anindya Valeria Abrizam, gadis yang berwatak cuek, sarkas bin nyebelin harus mengalami proses kegagalan dalam percintaan. Hingga menguba...