15. |K E C U R I G A A N|

118 24 19
                                    

"Setiap orang curiga, bukan tanpa sebab. Namun ada sebab." —Anindya.

Sore ini, Anindya menyusuri koridor, untuk ke ruang musik. Hari ini hari eskul, namun anggota tidak dituntut untuk hadir, karena tidak ada pokok pembahasan yang terlalu penting untuk dibahas.

Benar saja, ruang musik hanya diisi beberapa orang. Anindya melemparkan senyum tipisnya, dan berjalan mengambil gitar yang ada diruangan ini.

Duduk melantai dibagian pojok belakang ruang, Anindya mulai memetik gitar itu, walaupun tangannya sedikit perih, namun bisa ia tahan.

Tolong tanyakan pada Tuhanmu,
bolehkah aku yang bukan umatnya,
mencintai hambanya.

Suara Anindya, terdengar oleh setiap orang yang berada diruangan kedap suara ini, menoleh kagum pada Anindya. Selain parasnya yang cantik, suaranya juga begitu merdu dan enak didengar ditelinga.

Memeliki suara khas, yang berbeda dengan orang lain. Begitulah Allah menciptakannya, hampir mencapai kesempurnaan. Bahkan kekurangannya sulit ditemukan.

Bila memang cinta ini salah
Mengapa kita yang harus terjatuh
Terlalu dalam.

"Suara lo keren banget," puji seorang wanita yang menepukkan tangannya pada Anindya, kagum mendengar suara milik gadis ini.

"Iya, keren banget. Gue langsung jatuh cinta sama suara lo," ujar teman lainnya.

"Makasih," jawab Anindya sambil tersenyum tipis.

"Les vokal lo?" tanya seseorang, yang Anindya ketahui itu adalah kakak kelasnya.

"Enggak, gue cuma sering nyanyi. Dan kebetulan orang tua gue suka nyayi," ujar Anindya yang membuat semuanya mengangguk.

Cklek

Suara pintu terbuka, membuat semuanya menoleh ke pintu itu.

"Udah dari tadi?" tanya Chasel ke semuanya.

"Iya, tapi kita gak akan bosan. Suara Anindya bagus banget," puji kakak kelasnya itu.

"Kalau suara dia emang bagus," ujar Chasel menyetujui.

"Kayaknya kita harus buat event, konser besar gitu, kita undang artis ibu kota, anak sekolah lain boleh masuk sini, pakai tiket. Tapi anak eskul musik yang seenggaraiin acara ini, gimana?" usul kaka kelasnya.

"Gue setuju apa kata apa kata lo Chaca," ujar yang lain setuju.

"Entar gue pertimbangin yang Cha," ucap Chasel.

"Dan gue mau Anindya jadi vokalistnya!" ucap Chaca antusias.

"Banyak yang bisa kak," ucap Anindya.

"Pokoknya gue vote lo!" kata Chaca diangguki teman-temannya.

Chasel hanya menatap kecerewetan Chaca melawan Anindya yang berbicara seadanya.

"Eh lupa kenalan, nama gue Chaca, kelas sebelas IPA empat, gue cewek, mama gue cewek dan papa gue cowok. Salam kenal yah." Chaca mengulurkan tangannya ke Anindya.

ANINDYA | EFEMERAL SERIES [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang