Langit sore ini begitu cerah. Semilir angin dan kicauan burung menggema di seluru penjuru, memeriahkan padatnya kota tersebut. Riuh klakson dan teriakan manusia di tengah-tengah kemacetan. Tak lupa lautan manusia yang memanjang di seberang jalan, dan festival malam yang mulai membuka gerbang.
Sepasang manusia yang sedang ikut memasuki kepadatan kota mengedarkan pandangannya. Memandangi kepadatan kota yang sedang mereka pijaki begitu padat. Tangan gadis itu melingkar erat pada seseorang di depannya. Bukannya apa-apa, motor yang sedang ia tumpangi sangat tinggi, beda ceritalah kalau nanti ia terjatuh.
"Macet ya, aku kira gaakan sepadet ini." Tuturnya
"Iya, padahal ini hari rabu, bukan hari sabtu,"
"Lagian tumben, kamu mau bawa aku kemana?" Tanya nyaDia,mengelus tangan yang melingkar di perutnya. Kemudian menunjuk salah satu cafe di dekat street food yang memanjang di ujung kanan.
"Jennie ada tugas hari ini?"
"Gaada kai."
Kai menganggukkan kepalanya. Ia mulai memajukan kembali motornya saat kendaraan di depannya sudah perlahan ikut memaju.
Tak lama mereka sampai di sebuah cafe tersebut. Jennie tak tahu apa maksud kai untuk membawanya jalan-jalan seperti ini. Pasalnya, mereka jarang sekali keluar bersama, dikarenakan kedua orang tersebut adalah dua orang yang penting , hingga tak mempunyai waktu luang untuk sekedar melepas penat bersama sang kekasih.
Dan jennie pun menyadari satu hal. Bahwa menjalin hubungan bersama kai tak lebih dengan friend with benefit. Entahlah semacam itu yang ia rasakan, karena ia tak merasa sesuatu yang spesial seperti kekasih pada umumnya. Namun ia tak mempermasalahkannya, toh perasaan ia sendiri tak terlalu menggebu.
"Tumben banget kai, lagi mumet kah dirumah? Atau mumet banyak tugas?" Tanya jennie sambil membolak-balik menu makanan di tangannya.
"Emang gaboleh ya jalan-jalan sama pacar?" Tanya kai balik, tak lupa dengan senyuman tipisnya.
Jennie buru-buru mendongak dan menggelengkan kepalanya. Ia tak bermaksud seperti itu, hanya saja ia merasa aneh.
"Engga gitu kai maksud aku. Ya tumben aja gitu?" Jennie mengerucutkan mulutnya membuat kai menggeleng gemas.
Kai meraih tangan jennie dan mengelusnya lembut. Ia tersenyum hangat pada kekasih di hadapannya.
"Kamu tau? Seseorang sangat beruntung jika di depan nanti bisa dapetin kamu jen,"
Deg
Jennie merasa satu luka mengenai tepat hatinya. Ia merasa tak enak dengan ucapan lelaki di hadapannya itu. Yang ia tangkap, mungkinkah kai akan meninggalkannya nanti? Apakah dia memiliki niat untuk melepasnya? Sungguh, jennie tidak menyukai keputusan itu. Bagaimanapun juga, kai adalah lelaki terbaik yang jennie temui. Lelaki yang bisa menahan amarahnya, lelaki dengan sikap dewasanya, lelaki dengan good attitude, dan juga lelaki cerdas yang sedang aktif di masa remaja, layak dirinya. Dan mungkin soal fisik? Jangan ditanya.
"Maksud kamu?" Jennie memicingkan matanya, namun kai malah tersenyum dan mencubit pipi mandu tersebut.
"Don't worry. Ayo kita makan, kamu mau makan apa?" Ujar kai
"Hm, samain aja deh."
🌶
Beda halnya dengan si gadis berponi. Sedaritadi hanya bolak-balik layaknya istrika. Sebelah tangannya memegang satu buku dan sebelah tangannya mengetuk kepalanya sendiri. Pulpen yang disimpan di daun telinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah [Jk.Lm] -COMPLETED
FanfictionTak ada yang menakutkan selain rasa penasaran yang begitu dalam -L