Selamat berjuang!
Hari-hari telah dilaluinya. Detik dan menit yang selalu menemaninya bersama tumpukan buku. Rangkaian kalimat dan garis yang membentang, warna-warni tinta spidol menjadi makanan keseharian.
Berbagai badai telah berlalu. Ujian praktek yang sempat menggemparkan seisi sekolah. Try out yang membuat para siswa dan siswi berteriak panik. Ujian sekolah dan berakhir dengan Ujian akhir masa mereka. Akhir dari segala perjuangan selama 12 tahun.
Hari-hari telah berlalu. Canda dan tawa telah menjadi figura. Saat pemegang visual sekolah ini sempat menggemparkan kantin karena kehebohannya. Saat lisa dan jennie menuruti seluruh permintaan para sahabatnya. Saat hari anniversary kedua sahabatnya itu yang disorak meriah oleh seluruh murid, namun dengan catatan mereka tak tahu bersorak untuk hal apa, yang mereka tahu mereka hanya ikut bersorak. Bodoh sekali.
Saat area masjid berubah menjadi stage dadakan. Murid yang berceloteh panik karena akan ada test praktek salat. Bodoh sekali, padahal mereka selalu melaksanakan kewajiban tersebut, namun tetap saja tak percaya diri saat menghadapi ujian.
Saat corridor menjadi lorong paling heboh. Keluarnya hasil try out membuat mereka saling mengumpat. Apalagi dengan sistem kelas acak sesuai dengan hasil angka yang diperoleh dari percobaan ujian tersebut. Dan tentu saja kelas dengan kumpulan siswa yang memegang nilai paling rendah berhadapan dengan guru killer, oh sungguh moment langka.
Beberapa hari ke belakang, sekolah menjadi pertunjukan seni. Ujian praktek seni budaya memang paling ditunggu-tunggu oleh adik kelas, namun tidak bagi mereka yang melakukan nya. Berbagai tema seperti pameran, penampilan band, drama musikal, dan lain-lain.
Dan ada satu hal yang takkan pernah terlupakan. Saat kelas yang diketuai oleh jeka menampilkan sebuah drama, dan hebatnya lisa berperan menjadi orang gila. Gadis itu tentu saja menolak dengan keras, namun seluruh teman-temannya tidak mendengarkannya, membuat lisa mendengus kesal. Jennie dengan peran paling berharganya, yaitu seorang gadis trend dengan gaya angkuh, tentu saja membuat lisa iri.
Selama pertunjukkan itu dimulai, tak ada yang bungkam. Semua orang tertawa, karena lisa yang membawa perannya dengan pintar. Rambut acak-acakan, baju layaknya gembel, dan dirinya yang menaiki sepeda kecil, ia bertugas mengganggu peran para remaja saat sedang bercinta. Yaps, lisa menjadi biang kerok yang selalu meruntuhkan adegan romantis.
Jennie dan hanbin yang menjadi pemeran utama. Kedua orang ini berhasil menguasai seluruh pusat perhatian orang-orang yang menonton nya.
Dan sekarang, hari akhir. Hari yang membereskan segala tugas mereka. Berakhir sudah masa remajanya.
Atmosfer di dalam ruangan yang berubah menjadi panas. Detak jantung yang sedang berlarian, panasnya mata yang menatap layar monitor, dan gemetarnya tangan yang akan menentukan pilihan.
Yes, you can do it! Semangat lisa di dalam hatinya. Lisa menekan mouse nya dan setelah itu meluruhkan tubuhnya. Jantungnya terasa akan lepas dari tempatnya. Ia tak bisa, ia tak bisa jika nanti hasilnya mengecewakan orang tua dan dirinya sendiri.
Ting!~
"Oke, semuanya sudah?" Pengawas dari depan bangkit dan mengedarkan pandangannya.
Para murid mengangguk dengan lemah. Lepas beban namun belum sepenuhnya. Ada kewajiban yang harus mereka lakukan setelah ikhtiar, yaitu bertawakal.
"Wen ... " Lirih lisa sembari mengusap wajahnya. Ia menoleh dengan senyum yang menandakan kesedihan.
Wendy ikut tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya, mengerti apa yang difikirkan sahabatnya itu. Tidak hanya lisa, namun semua orang. Bahkan wendy yang biasanya percaya diri pun sampai bergetar ketakutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah [Jk.Lm] -COMPLETED
FanfictionTak ada yang menakutkan selain rasa penasaran yang begitu dalam -L