80.

4.8K 491 68
                                    

"Wonwoo dengan jennie."

Seketika jennie dan wonwoo menoleh bersamaan. Wonwoo yang begitu senang sampai mengepalkan tangannya ke udara, senyumnya mengembang.

Jennie menyengir sembari menggaruk belakang kepalanya. Kemudian ia beralih pandang kembali pada dosen.

"Rachel dengan alexa."

"Sorry sir," Jennie mengangkat sebelah tangannya menghentikan ucapan dosen tersebut.
"Jennie bisa minta sama cewek gak pak?" Timpal jennie lagi.

Jika kedua temannya itu satu kelompok bersama, mengapa jennie harus bersama lelaki? Jennie tak menyukai ini. Bukan nya geer, hanya saja jennie malas jika harus meladeni pria yang berakhir membawa perasaan nya.

"Itu sudah ditentukan jennie, maaf." Ucap dosen di depan sembari tersenyum.

"Ini sementara kan pak?"

"Memangnya kenapa? Ada masalah?"

Menjadi sebuah perdebatan. Ruangan ini menjadi tegang. Jennie memang pemberani, memberontak jika menurutnya tak adil. Bahkan dirinya menjadi pengaju segala pertanyaan pada dosen kala teman-teman yang lain tak mengerti.

"Alexa saja sama rachel pak, masa jennie sama wonwoo?" Ujar jennie sembari melirik sekilas pria yang akan menjadi satu kelompoknya.

Wonwoo terdiam. Ia sedikit tersinggung karenanya. Fikirnya jennie tidak senang satu kelompok bersamanya.

"Itu sudah ditentukan cantik." Jawab dosen tersebut dengan santai sembari terkekeh.

"Sam dengan amanda." Timpal dosen tersebut.

Jennie menghela nafasnya dengan kasar. Ia melirik wonwoo kembali menggunakan ujung matanya. Tak bisa terbayang jika mereka berdua bersama dengan jangka waktu panjang. Jennie bergidik ngeri.

"Tugasnya sudah bapak berikan, tolong, nanti saya periksa dan ada quiz." Timpal dosen tersebut.

Jennie yang baru saja akan melontarkan pertanyaan kembali urung saat melihat mulut dosen kembali terbuka,

"Power point saya terima paling lambat besok pukul 12 malam, saya tidak menerima kembali di jam selanjutnya."

"Baik sir." Balasnya serempak, kemudian dosen tersebut keluar kelas.

Keadaan ruangan mulai gaduh, saling berbicara mengenai tugas tersebut. Mencari namanya dan merangkul teman satu kelompok. Sedangkan jennie, gadis ini malah terdiam. Membuka buku-bukunya dengan santai. Tak berniat heboh.

Jujur saja jennie tidak terlalu bersemangat hanya karena bersama wonwoo. Bukan karena tugas. Jennie cerdas mana mungkin sulit hanya membuat power point mengenai perang dunia II dengan segala konflik dan solusinya. Hanya saja pria itu, pria yang membuat jennie ragu.

"Kau tak mau bersamaku jennie? Aku bisa membantu mu untuk membujuk dosen agar kita rolling kembali." Suara wonwoo menyapa gendang telinganya.

Jennie menoleh dengan cepat. Nafasnya tiba-tiba tercekat. Menatap bola mata wonwoo tak gentar, pria tersebut tersenyum ramah, jennie semakin merasa bersalah.

"Ani ani, gak won, kita satu kelompok aja. Ayo mau kerkom?" Balas jennie dengan cepat. Ia tersenyum kikuk kemudian menyelipkan helai rambut ke belakang telinganya.

"Bener?"

"Iya beneran. Kerja kelompoknya mau dimana?" Tanya jennie dengan begitu semangat. Tentu saja ia memasang topeng.

Wonwoo kemudian tersenyum, ia menganggukkan kepalanya. "Di cafe?"

"Cafe kampus?"

"Jangan. Di luar aja." Balas wonwoo

Anak Sekolah [Jk.Lm]                                               -COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang