Suara gaduh yang timbul dari panjangnya jalanan, rentan sekali terhadap keributan. Volume suara yang begitu keras, berebut, dan saling mendominasi. Berlomba-lomba siapa yang lebih dulu melaju, menerobos, tanpa perduli jika itu bisa menimbulkan benturan fisik kendaraan.
Gadis yang tengah mengendarai vespa silver sedaritadi menoleh kesana-kemari, berjinjit, melihat keadaan di depannya. Gerakan yang lincah, kesana kemari mencari celah agar motornya itu bisa keluar dari kepadatan kendaraan.
Ia melirik pada arloji di sebelah kirinya. Matanya berubah menjadi lemas, degup jantungnya beringsur lemah. Jam sudah menunjukkan pukul 06:50. Sepuluh menit yang mustahil untuk dikejar. Terlambat sudah hari ini ia datang. Sejarah baru untuknya, karena selama 11 tahun menginjakkan kaki di sekolah, tak pernah ia terlambat barang semenit pun.
"Bangsat!" Umpatnya. Tangannya memukul kepala motor.
Insiden karena telatnya bangun, membuat seluruhnya kacau. Ia tak sempat sarapan, ia membersihkan badan dengan terburu-buru, bahkan ia tidak yakin jika berseragam pun rapi.
Matanya yang lelah tentu saja membuatnya kelelapan di alam mimpi. Bagaimana tidak, gadis itu bermain game bersama sahabatnya sampai pukul sembilan malam.Ia memacu kembali mesin motornya saat jarak di depan sana sudah mulai melonggar. Tak ada harapan setelah kembali melirik jam tangan. Bahkan, sekalipun sekarang ia membawa motornya terbang, ia tetap telat.
🌶
Terlihat beberapa manusia pun yang sedang memohon-mohon di luar gerbang. Mata gadis ini mulai berbinar saat mengenali proporsi tubuh beberapa manusia tersebut.
Yaps! Itu sahabatnya.
Seulgi, wendy, hanbin, dan jimmy.
Pftttt, sepertinya mereka terlambat karena alasan yang sama."MANG BUKA HUEEEEEEEEE!!" Teriaknya dari belakang. Tentu saja suara itu mengundang perhatian dari orang-orang di sekitarnya.
"Telat juga lo," Ujar seulgi
"Ngantuk anjir," Timpal lisa
"Kata kesiswaan disuruh tunggu sebentar ya neng," Ujar satpam dari dalam gerbang.
Sontak itu membuat semuanya menegang. Degup jantungnya sudah dipastikan sedang berdisko di dalam. Habis sudah jika berhubungan dengan kesiswaan. Tak ada kalimat maaf, tak ada toleransi, meskipun setidaknya kata-kata yang terlontar pasti lembut dan tak sepedas untuk yang lain, tetap saja, hukuman yang akan mereka tanggung tak akan tanggung-tanggung.
Tak lama nampaklah sosok jangkung dengan perawakan yang tegap berjalan dari depan. Guru tersebut tersenyum singkat, namun bukannya memecah ketegangan, justru semakin membuat para manusia yang tertahan di luar bergetar ketakutan.
"Okay masuk pangeran sama putri nya sekolah," Ujar guru tersebut sambil terkekeh. Pak satpam dengan sigap membuka gerbang tersebut, masuklah manusia-manusia tersebut dengan motor yang mereka dorong.
"Bapak tunggu di piket, gapake lama ya." Ujarnya, kemudian kembali meninggalkan
"Siap pak!" Seru mereka serempak.
Tak mau berlama-lama, mereka pun mendorongnya seperti kesetanan. Menyimpan motornya, kemudian kembali berlari dengan tergopoh-gopoh. Mereka saling membungkam. Diam dan tak bersuara. Meratapi nasibnya yang akan mati hari ini. Bahkan sepertinya tak lama mereka pun terkena serangan jantung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah [Jk.Lm] -COMPLETED
FanfictionTak ada yang menakutkan selain rasa penasaran yang begitu dalam -L