Bagaikan boneka, paras gadis ini memang seperti tak nyata, yaitu barbie. Namun tidak dengan hatinya. Yang rela ditarik ulur. Yang rela menjadi sebuah lelucon. Tidak. Bagaikan sebuah layangan yang dengan santai bisa dipermainkan seenaknya.
Setelah akhirnya seperti ini. Tak mudah melepas sesuatu. Dengan ujian kau yang harus bertemu dengannya setiap saat. Rasa itu tak melebur, lebih tepatnya terpendam, dan terhimpit oleh rasa mengikhlaskan, sehingga wajar saja kadang kala itu memberontak naik ke atas.
Kadang kala ia harus bersabar, menghadapinya. Sewaktu-waktu kau begitu manis untuknya, namun sewaktu-waktu pun kau merasa orang yang paling dibenci olehnya. Itu tak mudah, sangat menyakitkan. Kelapangan hatinya lah yang mengantarkan ia untuk memaklumi itu semua.
Si gadis berponi terhanyut dengan musik yang mengalir di saluran telinganya. Ia sedaritadi melamun, kepalanya disandarkan pada meja. Akhir-akhir ini kelasnya sering kali kosong pelajaran, namun untuk tugas tetap ada, hanya saja gurunya tak ada.
"Udah semua belum?" Teriak jeka di ambang pintu sambil mengangkat setumpuk buku.
"Udah jek, udah bawa sono." Ujar hanbin
"Oke gue kumpulin ya, kalau ada yang belum kumpulin sendiri." Ujarnya, lantas pergi.
Si gadis berpipi mandu diam-diam melirik pada lisa yang sedang tertidur. Dirinya sedang membaca wattpad, namun sesekali tak fokus karena ujung matanya yang menangkap sosok lisa di belakangnya itu.
Semakin hari, fikiran dan hatinya semakin terbengkalai. Rasa bersalah yang terus menyerangnya setiap kala. Kekesalan yang tiba-tiba memberontak saat si gadis berponi berlagak tak sesuai dengannya. Perkataan sahabatnya itu terus mengusik relung jiwanya. Mengikis dan juga berteriak. Apapun itu, jennie sedang berusaha mencintai pria sempurna yang sudah ia miliki.
Namun, apapun itu. Tidak akan pernah bisa.
"LISAAA!"
Jennie tersentak kaget, ia mendongakkan wajahnya, melihat jeka yang sudah kembali dan berdiam di depan kelas sekarang. Pria ini melambaikan tangannya. Jennie kemudian menoleh pada si gadis berponi dengan alis yang bertaut,
Lisa sendiri berdecak malas. Ia mendongakkan wajahnya. Ia terkejut saat tiba-tiba jennie menatapnya dengan tajam dengan alis yang bertaut, ia hanya tercengir bodoh membalasnya.
"Apa jeka?" Sahut lisa, gadis ini berdiri namun belum melangkahkan kakinya.
"Sini!" Jeka melambaikan tangannya
Lisa mendengus kesal, mau tak mau ia berjalan dengan malas menghampirinya. Rose dan wendy saling tatap untuk beberapa detik, karena kebingungan. Sedangkan jennie masih menatap punggung lisa dengan tajam,
"Semuanya, dengerin baik-baik ya," Ujar jeka melambaikan tangannya. Pria ini menarik nafasnya dalam-dalam kemudian menatap si gadis berponi dengan serius,
Lisa menautkan alisnya, temannya itu tiba-tiba menatapnya dengan serius. Ia tak gentar, hanya saja kebingungan.
"Lo ken----"
Belum sempat lisa menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba pinggang rampingnya ditarik sekaligus oleh jeka membuat ia menabrak tubuh pria tersebut, dengan tangan yang menahan di pundaknya. Lisa membulatkan matanya tak percaya,
"HEH JEK!"
"Sssstttt," Jeka menempelkan telunjuknya di bibir mungil gadis tersebut.
"WOAHH APAAN NIH?!" Hanbin berteriak dengan heboh
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah [Jk.Lm] -COMPLETED
FanfictionTak ada yang menakutkan selain rasa penasaran yang begitu dalam -L