79.

4.6K 521 94
                                    

Lisa Pov

Ku buka pintu balkon apartemen ini. Berjalan keluar dengan kepala yang ku usak menggunakan handuk kecil. Aku baru saja keluar dari kamar mandi, selesai membersihkan badan.

Tak ada rosé, dia belum pulang dari kampus. Sempat terjadi perdebatan karena aku yang susah sekali dibawa untuk sarapan. Ya sudah tau aku malas, aku tak memiliki nafsu makan yang bagus akhir-akhir ini, berganti dengan nafsu tidur yang sempurna.

Ku pandang lalu lintas dari tempatku berdiri. Kendaraan yang berlalu lalang, mengingatkan ku pada sesuatu yang hilang dari sisiku. Aku mendongak, menatap langit yang tidak membiru. Awan nya menghitam, seperti menaham cairan untuk tak turun. Mungkin sang alam sama sepertiku, menyimpan segudang luka erat-erat agar tak tumpah di depan orang-orang.

Ku buka ponsel kembali. Melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 14:00. Ku buka kembali percakapan singkat yang sempat berbaur di dalam room chat dengan nya,

 Ku buka kembali percakapan singkat yang sempat berbaur di dalam room chat dengan nya,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini belum genap satu bulan J, tapi rasanya aku akan mati saja ..."

Jika tak ada rosé, mungkin aku terkapar lemah. Aku berbangga diri karena berhasil memutuskan pendapat dengan benar, yeah mengikuti jejak bersama kembaranku ini. Manusia sabar yang menghadapi segala tingkahku. Bahkan ia dengan lembut mengusap air mataku yang tak henti-hentinya jatuh sepanjang malam, mengganggu tidur kita berdua.

Kami memutuskan untuk menempati satu apartemen berdua. Lagipula aku takkan membiarkan ia sendiri, meskipun kasarnya apartemen kita bersebelahan, aku benar-benar akan menjaganya.

"Lisa, saranghae."

Sialan. Semakin aku terdiam, semakin jelas bayang-bayang wajahnya yang manis itu. Aku menggeleng keras berusaha menghalau semua perkataan nya tempo hari.

Dan tiba-tiba air turun membasahi keningku. Aku mendongak, mengangkat sebelah telapak tangan. Nyatanya hujan mulai perlahan turun, buru-buru aku masuk ke dalam.

Aku mendengus kesal. Menendang kaki ranjang cukup keras. Yaps, aku kesal karena hujan turun, dan aku yakin, aku akan semakin kalap bersama imajinasinya. Dan yang kedua aku kesal, mengapa rosé belum juga pulang padahal gadis itu sudah menjanjikan dirinya bahwa pukul 13:00 ia akan berada di apartemen.

Ku langkahkan kaki keluar kamar. Dan saat akan melangkah menuju dapur tiba-tiba pintu apartemen terbuka lebar membuatku menoleh dengan cepat.

"Gue kejebak macet lalis, beneran deh, maaf ..." Ujar nya dengan cepat. Aku tidak perduli, yang kulirik sekarang adalah salah satu pria yang berdiri di sampingnya.

Felix. Aku mengetahui namanya, namun tak mengenal dekat. Aku tahu karena rosé membawanya bukan sekali dua kali kemari, dengan alasan bekerja kelompok.

"Lo udah makan?" Timpalnya lagi.

"Baru mau." Ujarku, kemudian melanjutkan kembali langkah yang sempat terhenti.

Anak Sekolah [Jk.Lm]                                               -COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang