"Gokana kapan?" Rose menyikut lengan lisa yang sedang mengeluarkan motornya.
"Hari minggu. Besok ada ulangan matematika sama agama dulu," Ujar lisa sembari meraih helm. Ia memasangkan helm tersebut pada kepala mungil kekasihnya yang berada di hadapan dirinya, kemudian tersenyum manis.
Rose mendengus kesal. Bukan karena lamanya menunggu makan gratis, namun karena melihat sepasang kekasih bucin di hadapannya ini. Buru-buru ia berjalan meninggalkan, kembali masuk pada mobilnya.
"Bucin terossssss," Ujar rose seraya menutup pintu mobilnya.
"GOKANA YA JANGAN LUPA!" Teriak jisoo di luar jendela mobilnya sambil melambai.
"Iya nih jangan lupa woy, itu udah dari abad ke berapa, janji harus ditepati gembul!" Timpal irene yang juga sama berada di jendela mobil.
Jennie tertawa kecil sembari mengacungkan jempolnya ke atas. Setelah itu ia merapatkan tangannya pertanda permintaan maaf karena lamanya dari janji yang ditentukan.
"Sorry ya, nanti minggu kita main guys! Kita duluan ya," Jennie melambaikan tangannya seraya motor lisa yang melaju lebih dulu meninggalkan parkiran ini.
"Hati-hati lalis!"
"Yoi minggu woyy!"
"Dahh ati-ati jen!"
"Ati ati woy!"
"Minggu ya woy!"
Lisa terkekeh mendengar suara yang perlahan melirih di telinganya. Tangan jennie mulai melingkar di pinggangnya saat motor yang ia tumpangi keluar dari gedung sekolah.
Ia tersenyum menatap punggung kokoh lisa yang terbalut dengan jas yang serupa dengannya. Tubuh yang selalu melindunginya, tubuh kecil namun bisa menghalang semua luka hatinya. Tubuh yang siap merengkuh kala jennie merasa gundah dan kelelahan.
Tatkala saat ego dan emosi yang sering kali menyerang dirinya, namun dengan sabar si gadis berponi merengkuh dan meredamnya.
Sosok yang sederhana. Dunia masih menyediakan banyak manusia yang lebih dari si gadis berponi. Bersyukur jennie diberikan salah satu manusia yang memasuki daftar list tersabar, yaitu lalisa manoban. Mungkin cinta ini cacat menurut pandangan publik, hina, dan tidak menjamin masa depan. Namun cinta menurutnya adalah kebahagiaan. Manusia kadang dituntut mengikuti semua kesepakatan, dan jika menolak itu sebuah masalah besar. Namun ini adalah hidupnya, yang bebas mengatur dan memutuskan pendapat hanya dirinya sendiri.
Tak terasa umur hubungannya telah menginjak 8 bulan. Berbagai cerita telah dilewatinya. Kesedihan dan kesenangan yang menghiasi hari-harinya. Cinta takkan pernah indah tanpa luka, begitupun dengan jennie. Ia tak akan lebih dewasa tanpa masalah, ia tak akan mengerti cinta tanpa hantaman luka.
Ia menyandarkan kepalanya saat fikirannya bergelut. Memeluk lisa lebih erat. Merapalkan doa-doa di dalam hati, mengucap syukur, beruntungnya ia bisa memiliki sosok yang menuntun nya sejauh ini. Meskipun terkadang menyebalkan.
Lisa turut tersenyum, sebelah tangannya bergerak mengusap lembut punggung tangan si gadis bermata kucing menggunakan ibu jarinya.
Desir angin yang sedang tenang mengelus lembut. Teduhnya sore hari ini, dan jalanan yang tak terlalu padat. Awan-awan yang berjajar rapi seolah memberi hormat pada pasangan yang tengah dimabuk asmara.
Motor lisa kemudian berjalan menyisi. Sesuai janjinya, hari ini ia akan membawa jennie mencoba kuliner yang populer di kalangan anak remaja.
▪︎ Seblak Jebred
KAMU SEDANG MEMBACA
Anak Sekolah [Jk.Lm] -COMPLETED
FanfictionTak ada yang menakutkan selain rasa penasaran yang begitu dalam -L