Gangtae sedang fokus menyetir di atas jalanan pegunungan yang meliuk menikung ketika tangan Moon Young mendadak mengebrak-gebrak pintu mobil, memberi isyarat untuk berhenti sekarang juga sambil memegangi mulutnya.
Dengan panik, ia segera menepi. Begitu mobil berhenti, Moon Young cepat-cepat melompat turun dan muntah di antara semak.
Gangtae ikut turun dan mengurut belakang lehernya dengan cemas.
"Ini karena kau tidak mendengarkanku di air terjun waktu itu!" omelnya.
"Aku sedang sakit. Jangan memarahiku!" rajuk Moon Young dengan ekspresi sok merana.
Gangtae mendesah, bingung sendiri harus bagaimana.
Ia gemas, geram, cemas, ingin mengomel bahkan menjitak jidatnya tapi tak tega.
"Lain kali turuti perkataanku! Aku benci melihatmu sakit!" katanya yang malah membuat Moon Young tersenyum gemas.
"Wah, Gangtae-ku Sayang... Kau terlihat menggemaskan saat mengomel. Aku suka melihatmu mencemaskanku. Aku saaaaangggaaattt menyukainya!" goda Moon Young santai meski sedang sempoyongan.
Ia bahkan mencoba memainkan poni Gangtae dengan jemari lentiknya.
Gangtae menarik napas panjang, kembali menenangkan diri sambil mengingat bahwa kekasihnya bukan manusia normal yang akan memberikan respon normal di saat seperti ini.
Dipapahnya Moon Young kembali ke mobil dengan hati-hati.
"Kita harus mencari rumah sakit atau apotek terdekat," katanya sambil membantu Moon Young duduk dan memakai sabuk pengaman.
"Tenanglah! Aku akan membaik setelah tidur. Kau kan tahu, obat tak mempan bagiku. Aku sudah terlalu sering minum obat," ucapnya membuat Gangtae iba.
Ia ingat benar kalimat itu.
Moon Young pernah mengucapkannya saat sakit dulu.
Hatinya mendadak bergetar sedih.
Sebesar apa penderitaan Moon Young kecil hingga sering mengosumsi obat penenang hanya untuk tidur nyenyak dan hidup normal tanpa bayang-bayang tragedi yang menimpa keluarganya.
Dipegangnya dahi Moon Young yang kini terpejam di sampingnya. Masih panas membara padahal sudah dikompresnya berjam-jam.
"Sebaiknya kau tidur di belakang," Gangtae menatap cemas.
Moon Young menggeleng, "Aku lebih suka di sisimu. Auramu akan membuatku cepat sembuh!"
"Aiiisshhh... kau memang tak normal dan keras kepala!"
"Bukankah itu yang membuatmu menyuka...." Belum selesai ia bicara, mual itu kembali melanda.
Gangtae buru-buru membuka pintu, melompat turun dan menyeberang ke sisi Ko Moon Young untuk membantunya keluar, tapi wanita itu menggeleng.
"Tidak jadi?" Gangtae menatap bingung.
"Hmm...." jawab Moon Young lemas.
Gangtae membuka bagian belakang mobil sebentar, mencari sesuatu lalu kembali.
"Coba pakai ini dulu kalau tiba-tiba mual karena kita tak bisa berhenti sembarangan," katanya sambil menyodorkan kantong plastik bekas belanjaan.
Moon Young menggenggamnya dan kembali memejamkan mata.
Mobil kembali melaju, menyisir jalanan yang panjang nan sepi dari pemukiman.
Hanya hutan, hutan dan hutan.
Gangtae terus menyisir ke kanan dan kiri, mencari-cari tanda kehidupan. Ia harus menemukan klinik atau minimal apotek.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.