Love (Soora)

603 53 2
                                        

L O V E
Soora
Freelance Author
Wifam_Fanfiction™

Happy Reading

Gadis itu menggenggam bajunya erat saat menatap dua orang yang saling memberikan senyuman terbaik. Siapa pun mengenal keduanya sebagai pasangan paling ideal. Berprestasi, berbakat dan mudah bergaul. Sejak mereka masuk hingga akan keluar dari sekolah ini, tiada hari tanpa nama mereka yang menjadi pembicaraan. Meyakinkan diri lalu tersenyum ceria, gadis tersebut memulai langkahnya. Ikut serta mengambil peran di antara kedua orang tersebut.

"Appa ... bagaimana rasanya menjadi bayangan?"

"Memang kenapa?"

"Rasanya lelah menjadi orang ketiga. Seperti bayangan di antara dua cahaya."

Ia memang di sana ikut mendengar namun rasanya tetap saja seperti bagian puzzle yang sudah lengkap namun dipaksa untuk diletakkan. Tak cocok. Merusak pandangan.

"Nak, sebuah peran butuh peran lain yang mendukung. Jika seseorang mengambil semua peran, akan kesulitan orang lain menentukan di bagian mana orang tersebut berperan. Maka saat seseorang menjadi tokoh yang jahat dan tak memiliki belas kasih, akan ada peran yang baik dan mudah memaafkan. Keduanya saling berkaitan untuk menunjang cerita menjadi layak untuk dipertontokan."

Dia tersenyum kecil saat keduanya terlibat obrolan ringan tanpa ia mengambil bagian. Ia sudah bertekat saat ini.

"Kalau aku hanya menjadi peran pembantu di sebuah cerita?"

"Tidak ada yang salah, Nak. Saat kamu hanya mendapat peran sebagai pohon di sebuah drama pentas sekalipun semua tetap melihatmu. Peranmu menjadi bagian paling saat tokoh utama butuh tempat berteduh saat kepanasan, kehujanan atau menyembunyikan diri."

Saat keduanya melangkah setelah mendapatkan intruksi, ia pun ikut berjalan di belakang.

"Nak, orang lain akan banyak berpendapat karena mereka memiliki mulut untuk bicara. Jangan menutup mulut mereka karena tanganmu hanya dua. Pilihlah, gunakan kedua tanganmu untuk menutup telingamu atau gunakan keduanya untuk membuat tangan mereka menutup mulut mereka sendiri."

Seperti yang ayahnya katakan, mendengar ucapan orang-orang lain tentang keberadaannya sedikit membuatnya rendah diri. Hanya saja tangannya tidak akan mampu menutupi mulut mereka satu per satu, yang mampu ia lakukan hanya mengepalkan tangannya dan berkeyakinan dalam diri bahwa semua ini akan mampu ia lewati.

"Kemenangan itu bukan mengubah pemikiran orang lain tentang kita. Bukan itu yang kita tuju, Nak. Kemenangan sejati adalah saat kamu mampu menunjukkan kepada siapa pun, tetapi kamu memilih untuk membuktikan kepada dirimu sendiri bahwa kamu mampu."

"Seo Joohyun, ayoo." panggilan itu terdengar saat kedua orang tersebut menoleh kepada dirinya. Jarak mereka terbentang jauh tanpa disadari ternyata ia sempat berhenti.

"Nak, orang lain akan mencintaimu saat dirimu sudah mencintai dirimu sendiri dengan kurang dan lebihnya. Mereka akan menghargai dirimu saat kamu sudah menghargai dirimu sendiri. Appa hanya ingin saat kelulusanmu nanti bukan ada di peringkat berapa dirimu nanti, tapi sebesar apa dirimu bangga atas pencapaian yang sudah kamu lakukan sebelumnya."

"Ayoo ... sedang melamun apa?" tanya salah satunya saat mereka sudah berdampingan.

"Jika nanti Appa tidak melihatmu di tempat yang sama, ketahuilah Nak, Appa adalah yang paling bangga dengan semua yang kamu berikan. Tersenyumlah Nak, tunjukkan pada Umma bahwa ia berhasil mendidikmu menjadi yang terbaik."

"Kenapa harus pada Umma?"

"Karena saat kamu menangis dialah yang paling terluka dan saat dirimu merasa beruntung dialah yang mendoakanmu setiap waktu. Kalau ada yang mampu menuliskan Cerita Cinta tentangnya, Appa rasa mereka akan pegal karena tidak akan ada habisnya." tawa Ayahnya membuatnya ikut tertawa.

".... diurutan ketiga ada Seo Joohyun ...." Ia tak mendengar kelanjutan ucapan dari MC Kelulusannya saat ini. Yang ia perhatikan adalah saat menatap wajah ibunya yang menangis haru. Ia ikut menitikkan mata lalu pelan dihapusnya sebelum merusak riasan di wajahnya. Lalu wajahnya tersenyum lebar membalas tatapan ibunya. Ya. Kelulusannya saat ini hanya dihadiri ibunya saja. Bangku kosong itu membuktikkan keabsenan sosok yang paling ia hormati. Bukan karena kesibukkan melainkan waktu laki-laki itu sudah habis di dunia.

"Harapan terbesar Appa adalah melihat Umma dan dirimu saling mendukung satu sama lain meski tidak ada Appa lagi di sisimu. Nak, waktu ada batasnya dan yang bisa menembus hanya cinta."

"Hyunnie ...." Ibunya memanggil. Gadis itu tersenyum lebar setelah upacara kelulusan berakhir. Saat ini murid dan orang tuanya bisa menikmati rangkaian acara selanjutnya. Namun sebagian orang memilih mengambil antrian untuk foto keluarga.

"Cho Sajangnim." Suara ibunya terdengar menyapa seseorang di depannya.

"Aah ... Nyonya Seo." Suara laki-laki itu terdengar ramah dan tersenyum menatap Joohyun, "Aku tidak tahu kalau putrimu lulus hari ini juga." lanjutnya kemudian menepuk pelan puncak kepala Joohyun. "Appa-mu sangat bangga padamu, Nak." Seohyun terharu mendengarnya. Ia tahu orang ini, laki-laki berpakaian rapi  dengan tubuh tegap dan wajah tegasnya mampu membuat orang lain merasa segan padanya. Ayahnya sudah lama bekerja di salah satu perusahaan di bawah nama keluarga orang tersebut.

"Terimakasih atas beasiswa yang Tuan berikan pada Hyunnie."

"Aah ... jangan begitu, putrimu adalah anak berbakat. Tentu sangat disayangkan jika kami lewatkan begitu saja." katanya nampak bangga. "Pilihlah fakultas apapun yang kau sukai Nak, kami akan memberikan beasiswa full untukmu."

"Terima kasih, Tuan Cho."

"Tidak Nak, berterima kasihlah pada Appa-mu. Dia sangat membanggakanmu pada siapa pun sehingga kami merasa kamu memang layak mendapatkan. Dia sangat mencintaimu, Nak."

Seo Joohyun tersenyum bangga.

"Kami merasa sangat kehilangan." Tuan Cho berucap sedih, "Tapi Tuhan tentu lebih mencintainya."

Joohyun dan ibunya tersenyum menanggapi.

"Aah ... sudah dijemput. Sampai jumpa lagi, Nak." katanya berlanjut pergi.

"Umma." Joohyun menatap Ibunya, "Aku mencintaimu ...."

"Nak  ... waktu ada batasnya dan yang bisa menembus hanya cinta. Jika masih di ruang dan waktu yang sama, tunjukkan pada orang-orang yang kamu cintai."

ONESHOOT AREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang