Pampering You (Kyuhyun Pov)

889 116 6
                                    

PAMPERING YOU (KYUHYUN POV)

A/N: Hi! Aku bawa ff yang Kyuhyun version. Aku tahu ff ini gaje jadi maaf untuk segala kekurangan dalam FF ini. Selamat membaca! ^^/

Aku berjalan memasuki gedung perusahaan kekasihku. Tangan kananku membawa satu tas berisi makanan dan tangan kiriku membawa sebuah buket bunga. Aku sengaja tidak memberi tahu kedatanganku.

Sekrestaris Seohyun langsung berdiri dan membungkukkan tubuhnya begitu melihat kedatanganku. Setelah menanyakan keberadaan kekasihku, aku langsung memasuki ruang kerja Seohyun. Sejujurnya aku curiga dengan wajah wanita itu yang terlihat takut dan bingung saat menjawab pertanyaanku tadi. Aku menghela napas sebelum membuka pintu, berusaha menepis pikiran buruk yang sedang bermain di otakku. Ada apa di ruangan Seohyun?

“Seohyun-ah!” seruku sembari mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Tidak ada tanggapan apapun dari gadis itu. Perasaanku mulai tidak enak.

Aku melihat gadisku terlelap di sofa. Tidak biasanya ia berbaring di sofa saat jam kerja seperti ini. Apalagi saat dia sedang berada di kantor. Aku meletakkan barang-barang yang kubawa diatas meja. Segera kuulurkan tangan kananku ke kening Seohyun untuk memeriksa kondisi gadisku. Wajahnya terlihat pucat dan suhu tubuhnya cukup tinggi. Apakah dia tertular flu yang menyerangku seminggu lalu? Aku merasa bersalah. Jika saja waktu itu aku melarang Seohyun untuk merawatku, mungkin dia tidak akan tertular.

Aku membangunkan Seohyun perlahan, “Seohyunie...,” aku mengguncang pelan lengannya, “Seohyun-ah, ayo bangun sayang.”

Seohyun menggeliat pelan sebelum membuka matanya perlahan. Ia bangkit dari posisi tidurnya. Setelah mengerjapkan matanya beberapa kali, Seohyun baru menyadari keberadaanku.

“Oppa! Kapan kau pulang? Sejak kapan kau ada disini?”

Kududukkan diriku disamping Seohyun sebelum memeluk gadis itu, “Beberapa jam yang lalu. Aku langsung menuju kesini setelah menyerahkan laporanku pada appa dan aku dikejutkan dengan kondisimu yang seperti ini.”

“Mengapa kau tidak bilang akan pulang hari ini? Aku bisa menjemputmu tadi di bandara.”

“Tadinya aku ingin memberimu kejutan, tetapi sepertinya aku yang dikejutkan dengan kondisimu. Mengapa kau tidak mengatakan padaku kalau kau sedang sakit?”

“Dan membuatmu kahwatir saat kau ditugaskan ayahmu ke luar negeri?” tangan kanan Seohyun mengusap pipiku perlahan, “Aku lebih memilih tidak menganggumu. Lagipula kemarin kondisiku tidak seburuk ini. Aku hanya butuh istirahat saja oppa.”

“Lalu mengapa kau masih ke kantor hari ini?” aku meraih tangan Seohyun yang ada dipipiku dan menggenggamnya.

“Aku ada meeting penting pagi tadi.” Seohyun meraih tas yang berada diatas meja dan membukanya. Sebuah senyum manis tergambar di wajah cantiknya, “Gomapta, oppa.”

Gadis itu berdiri dan mengambil salah satu vas yang ada di ruangan ini. Ia menata buket bunga itu kedalam vas. Sementara gadisku sibuk dengan bunga, aku menata makanan di meja.

“Mari kita makan!” ucap gadisku riang.

“Setelah ini kau harus ke dokter! Aku tidak mau kondisi calon istriku bertambah parah. Apalagi 2 minggu lagi kita akan menikah.”

“Aku tidak apa-apa, oppa. Hanya butuh tidur saja dan aku akan kembali sehat. Kau jangan khawatir ya,” Seohyun menghentikan makannya dan menatapku.

Aku hanya menatapnya sekilas dan terus melahap makananku. Tidakkah dia sadar kalau kondisinya sekarang sangat buruk? Kemarin saat aku sakit, dia dengan sengaja menelepon dokter untuk datang ke rumah karena aku tidak mau menuruti perintahnya untuk segera pergi ke dokter. Mengapa sekarang dia tidak melakukan itu pada dirinya sendiri? Bagaimana jika kondisinya bertambah buruk? Apa yang akan terjadi dengan pernikahan kami nanti? Ah... aku benar-benar tidak tahan dengan melihat kondisi gadisku ini.

Aku menegak minumku. Kutolehkan kepalaku kearahnya, “Setelah ini kau ikut aku!”

“Maafkan aku, saat ini aku tidak bisa pergi, oppa. Aku harus segera menyelesaikan kerjaanku sebelum hari per-“

Aku menghela napas kesal, “Aku tidak mau dengar alasan apapun! Lihatlah, wajahmu pucat dan tubuhmu panas! Kalau kau tidak mau ke dokter, aku akan meminta dokter kemari.”

Dia hanya diam. Aku berusaha untuk tidak menghiraukan wajahnya yang terlihat menggemaskan. Tidak! Aku tidak boleh mengalah saat ini! Aku mendongakkan kepalaku saat Seohyun memanggilku. Dia sudah siap dengan tasnya.

“Aku hanya tidak ingin bertengkar denganmu karena masalah kecil seperti ini. Kau menyebalkan, oppa! Sama seperti saat aku pertama kali mengenalmu, tetapi kau lebih berkali-kali lipat menyebalkan dulu!”

Aku hanya tertawa dan mengacak rambutnya, “Ayo kita pergi!” Sebelum meninggalkan gedung ini, aku tidak lupa untuk memberi tahu sekretaris Seohyun untuk mengosongkan jadwalnya hari ini.

***

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan sebelum hari pernikahaan kami. Aku bersyukur kondisi Seohyun cepat membaik. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya jika waktu itu dia tidak mau menurutiku.

Aku tidak dapat menyembunyikan wajah bahagiaku saat ini. Tanggal ini, ya aku masih ingat betul, tepat ditanggal ini aku menyatakan perasaanku pada Seohyun meskipun jawaban yang diberikan gadis itu tidak seperti apa yang kuinginkan.

Mataku terfokus pada pintu gereja yang terbuka bersamaan dengan lantunan musik yang mulai memenuhi seluruh ruangan. Perlahan gadisku berjalan menuju ke altar. Tangan kanannya tertaut pada lengan ayahnya sementara tangan kirinya menggenggam sebuah buket bunga. Aku tersenyum menyambut tangan kanan Seohyun yang dipindahkan ke genggaman tanganku.

“Aku serahkan Seohyun padamu. Cukup sekali aku melihatmu melukai putriku. Jangan sampai kau mengecewakannya lagi!” calon ayah mertuaku berkata dengan tegas.

Kuanggukkan kepalaku, “Saya pasti akan menjaga Seohyun dengan baik. Terima kasih sudah mempercayai saya, abeonim.”

Kami saling berhadapan. Bergantian mengucapkan janji sehidup semati dihadapan Tuhan. Aku masih tidak percaya ini akan terjadi. Seo Joohyun sudah resmi menjadi Cho Joohyun, istriku.

Aku berbisik pada Seohyun sebelum menyematkan cincin ini ke jarinya, “Terima kasih telah memilih pria bodoh dihadapanmu ini, Cho Joohyun!”

Seohyun menatapku dengan senyuman manisnya sebelum mengambil cincin yang menjadi simbol pernikahan kami, “I’m yours, oppa!”

Riuh suara tepuk tangan para undangan terdengar setelah pembawa acara memintaku untuk mencium Seohyun. Tidak hanya suara tepuk tangan saja, aku bahkan mendengar beberapa orang yang meneriakkan “Ayo segera lakukan!”

Aku mendekatkan diri pada Seohyun. Menutup jarak diantara kami. Aku tersenyum melihat gadisku ah bukan, istriku yang sedikit menunduk untuk menyembunyikan semburat merah yang mulai menjalari wajahnya. Rasanya aku ingin mendekapnya sekarang juga. Tetapi, tidak aku harus bisa menahannya hingga semuanya selesai.
Perlahan kuraih dagu Seohyun dan menautkan bibir kami. Tak berapa lama tautan kami terlepas diiringi suara tepuk tangan yang lebih keras dari sebelumnya. Aku tersenyum pada Seohyun yang wajahnya semakin memerah.

END

ONESHOOT AREATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang